Lihat ke Halaman Asli

Selamat Jalan dan Terima Kasih Sang Maestro

Diperbarui: 5 Mei 2020   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

didi kempot / foto bersumber dari internet

Lagunya diputar dimana mana. Di tempat tempat tongkorongan,di pos pos ronda, di terminal, di dalam bus, di kedai kedai kopi, di kos kosan, diasrama asrama kampus dimanapun tempat berkumpulnya anak anak muda. 

Orang orang mulai mencover lagunya, dinyanyikan dimana mana. Di panggung panggung sekolah, kampus hingga panngung panggung audisi bahkan konser konser besar. Kita akan begitu mudah menemui lagu lagunya karena disukai semua kalangan.

Bagi yang tumbuh dalam kultur jawa, lagu ini tentunya bukan hanya sekedar lagu. Tapi lagu ini serupa pusaka yang dimilik oleh orang jawa. Kedalaman syair syairnya yang mampu menembus dalam dada dan bisa memorak prodakan isinya. Sakit hati akan terasa menyakitakan. Di iris iris tipis dalam tiap tiap bait lagunya. Tak ada darah. Tapi airmata perlahan memenuhi pelupuk mata. Tak ada darah , tapi luka seperti menganga dalam dada.

Didi kempot, sang maestro campur sari. Lord didi, alias The Godfather Of Broken Heart. Begitulah para sobat ambyar menyebutnya. Berasal dari keluarga seniman, darah itu mengalir deras dalam tubunya. Meski begitu, bukan sebuah hal yang mudah untuk menjadi bintang hingga saat ini. 

Kempot sendiri bukan nama asli melainkan nama singkatan dari " kelompok pengamen trotoar ". Mengawali karir sebagai penyanyi jalanan, butuh proses panjang untuk sampai ke studio rekaman. Hingga pada tahun 1889 ia meluncurkan album pertamanya. Salah satu judulnya yang populer di hati sobat ambayar saat ini adalah cidro .

Sempat melakukan konser di Surinama, Amerika Selatan dan Rotterdam, Belanda di tahun 90an. Nama didi kempot kembali mencuri perhatian anak anak muda di tahun 2019. Inilah tahun tahun persatuan anak anak muda. Mereka yang di menikmati lagu lagunya adalah para sadboys atau girlboys, para pemuda pemudi yang patah hati. Hingga tergabung dalam satu komunitas yang kita kenal dengan sobat ambyarr.

Didi kempot menjadi lambang sakit hati. Di  dada para pemuda, ia begitu gagah bertahta. ia menjadi orang yang paling mengerti tentang sakit hati. Ia paling pandai menggambar sketsa wajah sakit hati.

Lagu lagunya memilik jiwa, tak lekang oleh waktu. Ia seperti hidup dalam dada yang sesak, dalam hati yang patah, dalam perjalanan panjang tentang cinta, dalam perjuangan yang sia sia, dalam rasa putus asa. Lagu lagunya mewakili setiap rasa yang tak bisa disampaikan, setiap sakit hati yang tak bisa diungkapkan. Lagu lagunya menjadi kekuatan bagi sobat ambyar. Bahwa kesedihan juag harus dinikmati, kesedihan perlu untuk dirayakan.

Selamat jalan sang maestro, selamat jalan the legend, selamat jalan The Godfather Of Broken Heart. Terimakasih banyak atas karya karya hebatmu. Karyamu tetap akan menjadi abadi. Terimakasih telah bersama kami disini, dan semoga tenang bersama sang khalik disana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline