[caption id="attachment_325254" align="aligncenter" width="520" caption="Sejumlah ibu hamil melakukan senam kebugaran di kawasan Banjir Kanal Timur (BKT), Duren sawit, Jakarta (2/3). Senam ini dapat melatih konsentrasi ibu hamil atau memperbaiki postur tubuh TEMPO/Eko Siswono Toyudho"][/caption]
Angka kematian ibu saat melahirkan masih terbilang tinggi. Bahkan sebagian besar kematian ibu disebabkan persalinan. Data di Dinas Kesehatan (Dinkes)menyebutkan penyebab kematian saat melahirkan itu adalah perdarahan pasca persalinan. Selain itu, komplikasi kehamilan jadi penyebab nomor dua kematian ibu saat melahirkan.
Kepala Dinas Kesehatan Bangka Belitung, dr Mulyono Susanto mengatakan, tingginya angka kematian ini kebanyakan terjadi akibat pendarahan oleh ibu yang melahirkan di usia muda. Program Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan pemerintah sebenarnya merupakan alternatif terbaik bagi masyarakat Indonesia untuk mengurangi resiko kematian ibu dan anak.
"Resiko kematian ibu akibat terlalu rapat usia kehamilannya bisa dicegah dengan mengikuti program KB yang mewajibkan cukup dua anak karena jarak kelahiran yang berjauhan," katanya.
Ia menambahkan ada tiga penyebab utama kematian ibu dan anak yakni pendarahan, tekanan darah tinggi waktu hamil, dan infeksi. Pendarahan biasanya didapati pada ibu-ibu yang disebut Empat Terlalu (4T), yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat kehamilan, dan terlalu banyak anaknya.
"Usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua, maka risiko pendarahannya sangat tinggi. Begitu juga makin rapat waktu kehamilan membuat rahim ibu belum pulih sudah hamil kembali sehingga risiko pendarahan meningkat," katanya.
Mulyono menambahkan, tinggi atau rendahnya angka kematian bayi di daerah-daerah sangat bergantung pada kesehatan ibu dan ada tidaknya tenaga kesehatan yang terlatih "Kalau persalinan tidak ditolong tenaga-tenaga kesehatan yang terlatih maka risiko terkena tetanus juga cukup tinggi," katanya.
Fasilitas kesehatan dan infrastruktur yang tidak merata juga salah satu penyebabnya sehingga terkadang masyarakat harus menempuh jarak yang begitu jauh untuk sampai ke puskesmas maupun fasilitas layanan kesehatan. Menurut Mulyono, masyarakatjuga masih ada yang menggunakan dukun apabila ingin melahirkan. Dinas Kesehatan akan terus melakukan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan.
Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, KB dan Perlindungan Anak Bangka Belitung, Sumini mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan pertumbuhan penduduk. Diantaranya, melalui kegiatan operasional program KB dengan melaksanakan pelayanan KB di berbagai wilayah. "Selain itu pelayanan KB secara rutin tetap dilakukan bersama-sama dengan Dinas Kesehatan, TNI, PKK, Ikatan Bidan Indonesia serta instansi lainnya," ujarnya
Diakui Sumini, salah satu keterbatasan atau kekurangan yang terjadi selama ini adalah, kurangnya Tenaga Penyuluh Lapangan (PLKB). "Sampai saat ini kami hanya memiliki beberapa tenaga PLKB dan itupun belum difungsikan untuk Kecamatan," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H