Lihat ke Halaman Asli

Antara Khoul dan Maulid

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita sering menyaksikan acara khoul yang digelar di berbagai daerah. Khoul biasanya diadakan di pesantren-pesantren atau tempat-tempat berkumpulnya umat seperti langgar dan masjid. Khoul sebagai istilah lain dari “peringatan ulang tahun meninggalnya seseorang” dalam prakteknya istilah khoul itu hanya dipersembahkan untuk figur-figur tokoh yang sangat dihormati oleh masyarakatnya dan bukan untuk warga masyarakat umum. Arti penting dari upacara-upacara khoul itu ialah untuk meneguhkan perasaan hormatnya santri dan masyarakat sekitarnya akan peran dari figur tokoh yang bersangkutan. Pada konteks ini, terutama bagi santri-santri, menghadiri khoulnya kyai sama artinya dengan meneguhkan silsilah atau mata rantai keilmuan.

Memang begitulah kita hidup di dunia. Bagaimana nasib kita kelak oleh para ulama dikatakan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita berakhir, apakah berakhir dengan baik (husnul khotimah) ataukah berakhir dengan buruk (su’ul khotimah). Banyak yang pada awalnya berkelakuan baik tetapi pada akhirnya buruk. Banyak pula yang pada mulanya buruk namun pada akhirnya baik. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa semoga kita diberikan akhir yang baik.

Para ulama, kiayi, dan tokoh masyarakat diperingati hari kematiannya. Karena memang pada kematianya dapat dinisbahkan tanda-tanda kemulyaannya. Berbeda dengan Nabi Muhammad SAW. Beliau memang telah diketahui tanda-tanda keagungan beliau semenjak beliau lahir sebagaimana tertulis di kitab-kitab nabi dahulu yang menerangkan kelahiran beliau. Diterangkan dalam kitab Albarzanji karangan Sayyid Syeikh Ja’far Al Barzanji (1126-1184) bahwa pada hari kelahiran beliau malaikat-malaikat yang menjaga langit telah ditambahkan bilangannya, supaya langit itu menjadi lebih kuat pemeliharaannya. Dan telah dibuang dari langit segala jin-jin yang ingkar dan setan-setan yang jahat kelakuannya. keluar bersama-sama Nabi SAW suatu cahaya yang amat terang keadaannya, yang menerangi seluruh tempat lahir Junjungan kita SAW. Cahaya tersebut dapat dilihat oleh para penduduk Makkah. Telah roboh istana raja Persia di dalam negeri Irak di Kota Madain. Beberapa api yang disembah oleh orang-orang kafir Persia tiba-tiba padam pada malam itu, padahal api itu dijaga oleh mereka dan tidak pernah padam sejak seribu tahun sebelumnya. Melimpah pula air pada lembah yang bernama Samawah padahal biasanya lembah itu kering kerontang dan banyak batunya, serta tidak pernah sebelum itu dapat ditemukan air di situ meskipun untuk menghilangkan dahaga siapapun yang kering kerongkongannya. Dan banyak lagi peristiwa luar biasa lain yang merupakan Irhash dari kenabian beliau.

Maka pantaslah bagi para pecinta baginda Nabi SAW memperingati kelahiran beliau, karena dari kelahiran beliau sudah nampak kemulyaan yang ada pada diri beliau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline