Pintar memasak itu anugerah. Sebuah keahlian yang sangat bermanfaat. Sayangnya, tidak semua orang dianugrahi "life skill" tersebut.
Meski keterampilan memasak bisa dipelajari, mengolah makanan itu butuh minat. Bila tidak suka, ujungnya hanya sekadar dilakukan saat perlu saja. Saat harus dilakukan. Sisanya, dihindari.
Saya termasuk salah satu orang yang tidak suka memasak. Entahlah, tidak hobi. Bila ada kesempatan untuk membeli makanan siap santap, saya memilih membeli makanan siap santap.
Hanya saja, tidak setiap saat kita bisa membeli makanan. Sebagai seorang istri dan ibu, ada kalanya tetap harus mengolah makanan sendiri.
Salah satunya saat (awal) pandemi Covid-19 merebak di Indonesia. Efek paranoid, saya sempat memasak semua makanan untuk keluarga dengan tangan saya sendiri. Sekarang, sudah sedikit berani membeli makanan siap santap, hanya saja tetap pilih-pilih tempat dan menu makanan yang akan dibeli.
Modifikasi Makanan Instan
Meski tidak jago memasak ternyata kita bisa lho membuat makanan yang tak kalah enak dari kedai-kedai makan langganan. Salah satunya dengan memodifikasi makanan instan.
Bumbu dan bahan utama dari makanan instan tersebut, kita hanya perlu menambahkan beberapa bahan agar makanan tersebut lebih sehat dan lezat.
Salah satu penganan yang bisa dicoba adalah seblak hot jeletot. Saya menggunakan Indomie Seblak Hot Jeletot.
Namun, agar rasa seblak tersebut lebih nikmat, saya menambakan sosis, telur, (terkadang) ceker ayam, kerupuk udang yang sudah direndam, bawang merah, bawang putih, cabai rawit dan kencur. Rasanya enak banget, sama seperti seblak bikinan mamang-mamang seblak langganan.
Selain seblak, makanan (instan) andalan saya saat pandemi Covid-19 adalah spaghetti bolognaise.
Kata anak saya yang sulung, spaghetti bikinan saya jauh lebih enak dibanding spaghetti yang biasa dia beli di kedai makan dekat sekolah.