Bayi yang hanya mendapat asupan ASI, air susu ibu, umumnya lebih rentan mengalami sembelit. Tidak mengalami buang air besar selama beberapa hari.
Menurut dokter anak yang membantu saya saat persalinan anak kedua, hal tersebut wajar. Itu dikarenakan ASI diserap secara utuh.
Berdasarkan beberapa referensi, batas toleransi bayi ASI tidak BAB adalah 14 hari. Dengan catatan, bayi tidak rewel dan masih beraktivitas dengan normal. Bila terlihat rewel, tidak nyaman, atau apapun yang terlihat tidak biasa karena bayi tidak buang air besar selama beberapa hari, sebaiknya langsung saja dibawa ke dokter. Khawatir ada indikasi medis lain.
Anak pertama saya tidak pernah mengalami sembelit. Mungkin karena sejak lahir tidak full ASI. Susu yang diberikan tidak sepenuhnya ASI atau ASI perah, tetapi dicampur dengan susu formula. Anak kedua yang diberikan ASI sepenuhnya baru mengalami sembelit lumayan parah.
Anak kedua saya pertama kali mengalami sembelit saat berusia dua bulan. Ia tidak BAB selama dua hari. Saya biarkan. Toh, ia tetap lincah. Hari ketiga ia BAB. Setelah itu ia kembali sembelit secara berulang selama dua hari, tiga hari, seminggu. Puncaknya saat memasuki usia tiga bulan ia sembelit hampir dua minggu.
Saya sudah melakukan pijat ILU, pijat "I love you". Memijat lembut perut bayi dengan menggunakan minyak telon. Namun, hasilnya nihil. Saya juga sudah mencoba menggerak-gerakan kaki anak kedua saya seperti sedang menggoes sepeda. Konon, katanya efektif untuk mengatasi sembelit pada bayi. Namun, juga tidak berhasil.
Saat dua minggu anak kedua tidak BAB, saya dan suami mulai was-was. Kami akhirnya memutuskan membawa si kecil ke dokter anak.
Sayangnya, dokter anak yang biasa kami datangi untuk imunisasi dan konsultasi, sedang cuti. Saat itu memang sedang libur Natal dan Tahun Baru 2019.
Akhirnya kami membawa si kecil ke dokter anak yang praktek di salah satu rumah sakit dekat rumah. Ada satu dokter anak yang biasa kami datangi di rumah sakit itu bila anak pertama sakit. Namun ternyata dokter itu pun sedang cuti, tidak praktek. Kami akhirnya diarahkan ke dokter anak yang satunya. Masih di rumah sakit yang sama.
Bila Ragu, Cari Second Opinion
Saat memasuki ruang praktek dokter anak itu, saya dan suami sudah merasa tidak nyaman. Alih-alih di sambut dengan kalimat hangat yang menguatkan, dokter tersebut malah mengucapkan kata, "sudah dua minggu tidak buang air besar, ada apa ya?!" dengan nada lumayan tinggi. Bikin deg-degan.
Lalu anak kami diminta berbaring untuk diperiksa. Sambil memeriksa, dokter tersebut mengatakan bayi saya terlihat sehat-sehat saja. Aktif dan ceria.