Setiap tahun, Ramadan dan Idulfitri selalu dirayakan dengan semarak di Pulau Belakangpadang, Batam, Kepulauan Riau. Selama bulan suci, pulau yang sepelemparan batu dari Singapura tersebut selalu terlihat lebih gemerlap. Hal tersebut dikarenakan, setiap tahun ada lomba lampu hias antar kelurahan.
Lampu tersebut berkerlap-kerlip aneka warna, mulai dari merah, orange, hingga ungu. Ada yang dililitkan di gapura yang dibuat aneka bentuk, ada juga yang dibentangkan sepanjang jalan. Beberapa ada yang dipasang persis di depan rumah warga. Sehingga, rumah terlihat berpendar-pendar.
Lampu hias diadakan untuk melestarikan tradisi Melayu. Setiap kali Ramadan tiba, orang-orang Melayu biasanya menghias lingkungan sekitar dengan lampu agar terlihat lebih semarak. Namun biasanya mereka menggunakan lampu colok. Lampu yang dinyalakan dengan minyak tanah dan api.
Hanya saja untuk kepraktisan dan agar lampu bisa menyala lebih lama, masyarakat Belakangpadang banyak yang lebih memilih menggunakan lampu hias. Lampu tersebut menggunakan bohlam kecil yang dinyalakan dengan energi listrik. Menjelang magrib, kerlip-kerlip lampu sudah terlihat di sepanjang jalan.
Semakin Meriah dengan Pawai Astaka
Selain lomba lampu hias yang diadakan sepanjang Ramadan, malam menjelang Idulfitri juga ada pawai Astaka yang diikuti oleh setiap masjid dan musholla yang ada di Belakangpadang. Pawai yang menyusuri jalan mulai dari Lapangan Indera Sakti , pasar, Masjid Raya Belakangpadang, hingga kembali ke Lapangan Indera Sakti tersebut juga dilombakan.
Alhasil replika yang ditampilkan pada lomba astaka juga sangat menarik. Tak hanya itu, peserta juga menambahkan pernak-pernik lain, mulai dari lampu yang berkerlap-kerlip, beduk yang ditabuh bertalu-talu sepanjang pawai, huruf hijaiyah, hingga replika aneka masjid dan mushalla.