Batu beraneka ukuran itu terlihat menyembul, memperlihatkan bentuk aslinya yang beragam. Ada yang kotak, oval, segitiga, hingga bentuk-bentuk lain yang tak terdefinisi. Batu-batu tersebut menghampar disatukan aspal yang kian menipis di sebuah jalan utama di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah.
Sesuai prediksi, saat angkutan umum yang saya tumpangi melintasi jalan tersebut, badan langsung bergoyang-goyang mengikuti kontur bebatuan yang berjejer. Tas ransel yang hanya saya simpan di pangkuan bahkan hampir terjatuh. Beruntung, salah satu penumpang yang duduk di sebelah dengan sigap membantu menahan.
Penumpang perempuan yang berusia sekitar 50 tahunan tersebut kemudian menyarankan agar saya memegang kuat-kuat tas tersebut, atau mengenakannya di punggung. Ia mengatakan, beberapa meter ke depan akan lebih banyak menemui jalan-jalan bergelombang, bahkan lebih parah dari yang sudah dilalui.
Ternyata memang betul, semakin ke pelosok, jalan yang dilalui semakin tak berbentuk. Hampir setiap titik dari jalan raya tersebut rusak parah, ada yang tinggi sebelah karena amblas, ada yang berbatu-batu, ada yang berlumpur coklat-pekat, ada juga yang berlubang dan digenangi air berwarna keruh.
Menjadi Jalan Alternatif ke Geopark Ciletuh
Jalan rusak sebenarnya bukan hal aneh di tempat nenek saya tinggal. Satu tahun lalu, saya bahkan sempat menuliskannya di Kompasiana dan sempat dijadikan artikel utama. Kini jalan yang pernah saya ceritakan tersebut sudah diperbaiki. Jalan tersebut sudah dibeton dengan mulus.
Namun ternyata lebih jauh ke pelosok sana, jalannya rusak luar biasa. Kagetnya lagi, saat mengobrol dengan warga sekitar, jalan tersebut ternyata masuk ke jalan provinsi. Mungkin itu makanya, perbaikan jalan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sukabumi hanya sampai di titik tertentu --karena sisanya sudah masuk ke jalan provinsi.
Saya kurang paham terkait infrastruktur jalan, namun saya berpikir, jalan yang dikelola pemerintah provinsi seharusnya memiliki kualitas yang jauh lebih baik dibanding dengan jalan yang dibangun oleh pemerintah kota atau kabupaten. Selain lebar, juga semestinya mulus dan rata.
Apalagi jalan tersebut menghubungkan beberapa wilayah yang cukup krusial. Berdasarkan keterangan beberapa warga sekitar, jalan tersebut menghubungkan wisatawan dari luar kota Sukabumi yang ingin berwisata ke Geopark Ciletuh. Konon katanya, bila melalui jalan tersebut, jarak tempuhnya ke tempat wisata yang dinobatkan sebagai salah satu world heritage tersebut menjadi lebih dekat karena jalannya tidak terlalu memutar.
Saya tidak tahu pasti terkait hal tersebut, namun yang pasti saat saya berkunjung ke wilayah tersebut minggu lalu untuk bertakziah ke salah satu keluarga, memang banyak melihat mobil-mobil pribadi yang melintas. Mobil-mobil tersebut umumnya masih kinclong, seperti baru keluar dari showroom.
Sudah Rusak Sejak Lima Tahun Lalu