Tanjung Pinang merupakan kota yang sarat sejarah. Kota yang dipimpin Lis Darmansyah ini dulu sempat menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga. Tanjung Pinang juga bahkan sempat menjadi ibukota Provinsi Riau --baik Riau daratan maupun kepulauan, sebelum akhirnya dipindahkan ke Kota Pekanbaru.
Kini setelah Riau kepulauan membentuk provinsi sendiri, Kepulauan Riau, Tanjung Pinang kembali didaulat menjadi ibukota provinsi. Kota seluas 848 km2 tersebut menjadi pusat pemerintahan untuk provinsi yang menanungi Kota Batam dan Tanjung Pinang, serta Kabupaten Bintan, Karimun, Anambas, Lingga dan Natuna.
Namun meski (sempat) menjadi ibukota provinsi (berkali-kali), tak serta merta membuat Kota Tanjung Pinang terkenal. Para petinggi di Pemerintah Kota Tanjung Pinang bahkan mengakui bahwa Tanjung Pinang kerap tertukar dengan Pangkal Pinang, Ibukota Provinsi Bangka Belitung.
Saat pembukaan famtrip yang dihelat Pemerintah Kota Tanjung Pinang pada pertengahan 2017 lalu, Sekretaris Daerah Tanjung Pinang, Riono, mengungkapkan tidak sedikit orang yang menganggap Tanjung Pinang itu adalah Pangkal Pinang. Padahal jelas-jelas sangat berbeda jauh.
Hal yang lebih miris disampaikan oleh Kepala Seksi Promosi Wisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjung Pinang, Maswito. Ia mengungkapkan, saat itu ada ustadz nasional yang diundang Pemerintah Kota Tanjung Pinang untuk memberi tausiah pada acara yang diadakan Pemerintah Kota Tanjung Pinang.
Acara tersebut lumayan besar. Namun ternyata ustadz yang diundang tersebut salah naik pesawat. Ia yang seharusnya berangkat ke Tanjung Pinang, malah ke Pangkal Pinang, alhasil dengan sangat terpaksa acara diisi oleh ustadz lokal karena waktu yang sudah tidak memungkinkan.
Ia melanjutkan, sebaliknya ada juga artis ibukota yang salah naik pesawat. Artis tersebut seharusnya terbang ke Pangkal Pinang, malah datang ke Tanjung Pinang. Beruntung artis itu masih memiliki waktu yang lumayan lapang, sehingga masih bisa membeli tiket pesawat ke tujuan yang tepat.
Membenahi Pariwisata
Sekretaris Daerah Tanjung Pinang, Riono, mengakui bawa nama Tanjung Pinang memang belum begitu familiar, masih kalah pamor dengan Batam dan Bintan, terlebih untuk destinasi wisata. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Tanjung Pinang terus berbenah, mengoptimalkan semua potensi yang ada.
Mereka tidak hanya memoles objek-objek wisata yang sudah ada, seperti Pulau Penyengat, Vihara 1000 Patung, atau vihara terbesar se-Asia Tenggara yang ada di Tanjung Pinang, Vihara Avalokitesvara Graha, namun juga mencoba membuat destinasi wisata baru, salah satunya adalah membuat pusat wisata kuliner, khususnya kuliner-kuliner Melayu. Saat ini masih dalam proses persiapan.
Pemerintah Kota Tanjung Pinang juga bahkan sudah membuat Tourism Information Centre (TIC) yang unik, berupa gedung yang menyerupai hewan laut khas Kepulauan Riau, gonggong. Gedung tersebut seolah sebagai bukti nyata bahwa Pemerintah Kota Tanjung Pinang sangat serius ingin menjadikan Tanjung Pinang sebagai salah satu kota tujuan wisata di Indonesia.