People with goals succeed because they know where they are going.
~Earl Nightingale~
Tujuan memang sangat penting karena merupakan muara yang akan kita tuju. Tanpa tujuan, kita hanya akan berputar-putar tanpa arah. Bukan tidak mungkin, setelah melewati "ratusan kilometer" kita malah kembali ke "titik nol" karena tidak tahu apa yang ingin kita capai.
Begitupula dengan keuangan. Tanpa memiliki tujuan yang pasti untuk apa uang yang kita miliki dikumpulkan, kita tidak akan memiliki motivasi kuat untuk menabung. Ujung-ujungnya, setelah berlembar-lembar uang susah payah kita disisihkan, akhirnya habis juga untuk pengeluaran yang sebenarnya tidak begitu perlu.
Dulu saya sering sekali mengumpulkan beberapa lembar uang dari penghasilan yang di dapat setiap bulan. Atau berusaha menyimpan uang dari rezeki yang tidak terduga. Namun karena tujuannya hanya untuk berjaga-jaga saat diperlukan, uang tersebut tanpa terasa habis begitu saja saat akhir bulan.
Uang simpanan tersebut biasanya habis untuk keperluan konsumtif, entah itu untuk berbelanja pakaian, sepatu, make-up, atau hanya sekedar mencoba mencicip menu baru di rumah makan favorit. Biasanya niatnya hanya pinjam-sebentar-nanti-diganti, namun ujung-ujungnya tidak terganti karena seluruh uang yang kita miliki sudah habis tak bersisa.
Tentukan Lebih Rinci untuk Apa Uang Ditabung
Belajar dari kesalahan, saya sekarang menabung dengan tujuan tertentu. Saya tentukan untuk apa uang tersebut ditabung, apakah untuk membeli kamera, biaya masuk anak sekolah, bekal pulang kampung, atau untuk uang muka kredit rumah.
Bila sudah tahu tujuannya, ditentukan target waktu –berapa lama jumlah uang tersebut harus dikumpulkan– sehingga kita akan tahu, berapa banyak dana yang harus disisihkan setiap bulan.
Dengan adanya tujuan seperti itu, saya biasanya lebih termotivasi. Selain itu, saya tidak mudah tergoda untuk membelanjakan uang yang sudah terkumpul sebagian. Terkadang ada saja "penggoda" yang mampir agar kita khilaf membelanjakan uang yang sudah ditabung dengan susah payah itu untuk keperluan lain.
Dulu saya sering khilaf. Alhasil, saat harus membeli sesuatu yang diperlukan saya menyesal tak berujung, mengapa saya tidak menyimpan uang secara berkala sehingga bisa membeli barang incaran yang dibutuhkan. Eh, sekarang juga masih sih, namun tidak sesering dulu rasa menyesal itu datang.
Saya masih ingat saat awal-awal melahirkan sekitar lima tahun lalu. Saat itu keluarga besar saya dari Jawa Barat akan berkunjung ke rumah di Batam, Kepulauan Riau. Saya dan suami bingung tujuh keliling karena rumah melompong seperti lapangan bola. Saat itu hanya ada satu tempat tidur ukuran single, tidak ada kursi apalagi televisi.
Saya bingung, bagaimana nanti keluarga besar saya tidur apalagi keluarga saya bukan tipikal yang suka tidur di hotel. Selain itu, tujuannya kan memang untuk menjenguk saya yang baru melahirkan, bukan untuk berjalan-jalan. Masa mereka tidur dilantai, karena si kasur single sudah pasti dipakai untuk si bayi. Saat itu saya menyesal, mengapa selama satu tahun kebelakang tidak menyisihkan uang untuk ditabung.