[caption caption="Dok ATB/Kondisi Batamcentre saat ini."][/caption]
Berstatus sebagai daerah terluar Indonesia, tak serta merta menjadikan Batam, Kepulauan Riau, sebagai daerah tertinggal. Kota yang berbatasan langsung dengan Singapura tersebut justru menjadi salah satu kontributor pembangunan ekonomi nasional. Meski sedikit melambat dibanding 2014, laju pertumbuhan ekonomi Batam tetap tinggi. Berdasarkan data yang dirilis Antara, laju pertumbuhan ekonomi kota yang dipimpin HM Rudi tersebut mencapai 6,02 persen pada 2015 lalu, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang masih diangka 4,79 persen.
Sebelum era 1970-an, tidak ada yang menyangka bila Batam akan tumbuh menjadi salah satu kawasan industri terkemuka di Asia Pasifik. Pasalnya sebelum pemerintah pusat membangun Batam melalui Otorita Batam (BP Batam), kota berbentuk kalajengking tersebut nyaris tanpa penghuni. Jangankan rumah sakit, jalan beraspal saja hampir tidak ada.
Meski tidak mudah, secara bertahap pemerintah pusat mulai membangun Batam. Pemerintah tidak hanya membuat jalan beraspal yang mulus dan lebar, namun juga menyediakan infrastruktur listrik dan air yang mumpuni. Otoritas saat itu sepertinya sangat sadar, tanpa air dan listrik yang cukup, mustahil sebuah wilayah dapat tumbuh dengan baik.
Alhasil bila awalnya Batam gelap gulita tanpa listrik, saat ini kota tersebut sudah memiliki energi listrik hingga 373 MW. Bahkan listrik tersebut kini tidak hanya menerangi Pulau Batam dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, namun sudah mampu membantu pasokan listrik di Pulau Bintan yang hingga saat ini masih defisit.
Begitupula dengan air bersih. Meski tak memiliki mata air, sungai maupun danau, tak membuat pemerintah pusat patah arang untuk membangun Batam. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pemerintah akhirnya membangun enam waduk, yakni Sei Harapan dengan volume 3.600.000 m3, Sei Ladi 9.490.000 m3, Mukakuning 12.270.000 m3, Nongsa 720.000 m3, Duriangkang 78.180.000 m3, dan Baloi 270.000 m3 – namun saat ini Waduk Baloi sudah tidak lagi digunakan karena tidak lagi ekonomis diolah sebagai air bersih akibat pencemaran lingkungan yang cukup parah.
[caption caption="Dok BP Batam/Kondisi Batamcentre tempo dulu."]
[/caption]
Transportasi Mudah dan Terjangkau
Bila dibandingkan dengan kota lain yang berada di ujung Indonesia, transportasi menuju Batam sangat mudah dan murah. Hal tersebut dikarenakan sejak 1974 sudah dibangun Bandar Udara (Bandara) Hang Nadim. Sehingga, meski Batam dikelilingi oleh laut, tetap terhubung dengan kota lain.
Bandara yang memiliki run way terpanjang di Indonesia tersebut memang menyediakan penerbangan hampir ke seluruh kota di Indonesia, mulai dari Batam-Jakarta-Batam, Batam-Medan-Batam, Batam-Padang-Batam, Batam-Bandung-Batam, hingga Batam-Yogya-Batam. Bahkan sejak 1 Januari 1994, Bandara Hang Nadim sudah melayani rute internasional.
Mudahnya akses transportasi dari dan menuju Batam membuat biaya perjalanan dari dan menuju Batam cukup terjangkau. Untuk perjalanan Batam-Jakarta-Batam – pergi dan pulang, terkadang kita hanya perlu mengeluarkan uang transportasi kurang dari Rp1 juta bila menggunakan pesawat kelas ekonomi.