Jadi kita mau jalan-jalan ke mana?
Lagi-lagi pertanyaan tersebut muncul. Hingga hari-H, saya dan teman-teman satu departement masih bingung mau menghabiskan waktu di mana. Usai sarapan kami masih berunding menentukan lokasi untuk department gathering.
Sekadar informasi, perusahaan tempat kami bekerja menyediakan dana untuk setiap karyawan dengan jumlah tertentu. Uang tersebut digunakan untuk jalan-jalan, makan atau hanya berkumpul dengan sesama karyawan satu department.
Akhirnya karena hari yang semakin siang, kami memutuskan untuk pergi ke Jembatan Barelang, Batam. Rencananya kami akan mencari kelong di sekitaran icon yang paling terkenal di Kota Batam tersebut. Oya, bagi yang belum tahu, kelong merupakan istilah untuk restoran yang menawarkan beragam seafood. Umumnya kelong mengapung di laut, atau setidaknya berada di pinggir laut.
Namun saat kami sampai di Jembatan I Barelang, waktu masih menunjukan pukul 11:00 WIB. Masih terlalu dini bila harus makan siang. Apalagi kami juga baru saja selesai sarapan. Tak sanggup rasanya bila harus makan lagi. Oya, meski terkesan jauh, jarak tempuh dari pusat Kota Batam ke Jembatan I Barelang sebenarnya hanya memerlukan waktu sekitar 45 hingga 60 menit.
Untuk mengisi waktu hingga tiba saat makan siang, awalnya kami akan mengunjungi Vietnam Camp, namun karena hampir semua dari kami pernah berkunjung ke eks lokasi pengungsian warga Vietnam tersebut, kami memutuskan untuk mencari pantai terdekat di sekitar Barelang yang belum pernah kami kunjungi.
Namun karena ada salah satu teman yang belum pernah berkeliling hingga Jembatan VI, akhirnya kami bersepuluh sepakat untuk menjelajah jembatan demi jembatan yang menyambungkan ketiga pulau di Kota Batam tersebut, yakni Pulau Batam, Pulau Rempang, dan Pulau Galang.
Setelah berkeliling, ternyata kami malah yang kekurangan waktu untuk mengunjungi satu-persatu objek wisata yang ditawarkan di sekitar Jembatan Barelang. Ada banyak obyek wisata pantai dan spot menarik yang sangat instragamable di tempat tersebut. Selain Vietnam Camp dan wisata pantai, ada juga cafe sekaligus perkebunan buah naga.
Pantai Cakang, Pantai Terujung Pulau Galang
Awalnya kami akan berkunjung ke Pantai Vio Vio atau Pantai Melayu, namun saat sampai ke bagian terujung Pulau Galang, kami berubah pikiran. Kami ingin melihat seperti apa rupa wilayah di penghujung pulau itu. Apalagi di sebelah kanan terlihat plang yang cukup menarik bertuliskan Wisata Pantai Cakang, Pulau Galang, Barelang Bay.
Meski sedikit takut-takut, kami memberanikan diri membelokan mobil ke arah Pantai Cakang. Sebelah kiri terlihat deretan beberapa rumah khas melayu yang terbuat dari kayu. Mungkin ada sekitar tiga sampai lima rumah. Sisanya adalah lahan kosong berwarna cokelat yang ditumbuhi aneka tanaman liar.
Saat mendekati bibir pantai, ada gerbang masuk sederhana yang dijaga seorang pemuda tanggung. Gerbang tersebut berbentuk meja yang diletakkan di sela batang pohon. Kala kami masuk, ia meminta uang tiket seharga Rp 5.000 per orang. Pemuda tersebut juga meminta Rp 5.000 untuk jasa parkir satu kendaraan roda empat.
Meski berada di ujung terluar Kota Batam, pantai tersebut terawat cukup rapi. Ada beberapa pelantar yang dibangun oleh warga yang tinggal di sekitar pantai tersebut. Selain itu ada juga deretan ayunan yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk menikmati semilir angin pantai yang khas.
Satu yang kurang, belum ada penjual makanan di sekitar pantai, baik makanan berat seperti nasi dan lauk pauk maupun makanan ringan seperti keripik dan biskuit.
Sehingga, bila ingin menghabiskan waktu lebih lama di Pantai Cakang, Pulau Galang, Barelang Bay, pengunjung harus membawa makanan sendiri. Padahal menurut penjaga gerbang, tidak sedikit pengunjung yang kemping di sekitar pantai tersebut.
Mungkin belum ada penduduk yang menjual makanan karena jarak Pantai Cakang ke pusat Kota Batam cukup jauh. Perlu waktu setidaknya 240 menit untuk pergi-pulang Pulau Cakang-pusat Kota Batam.
Apalagi kendaraan umum juga belum mendukung. Penduduk biasanya memanfaatkan Bus Trans Batam. Itupun hanya sampai Sembulang dan bus tidak beroperasi setiap hari. Setelah Sembulang ke Pantai Cakang, penduduk biasanya memanfaatkan sepeda motor pribadi.
Alhasil penduduk di sekitar Pantai Cakang biasanya hanya pergi ke pusat Kota Batam sebulan sekali. Umumnya mereka berbelanja keperluan sehari-hari yang tidak bisa didapatkan di sekitar Pulau Galang. Oiya, sepanjang jalan Batam-Galang memang masih sepi, namun jalan raya di tempat tersebut patut diacungi jempol. Mulus dan lurus! Konon katanya ada beberapa kilometer jalan yang memang dulunya dialokasikan oleh BJ Habibie untuk run way cadangan pesawat.
Menikmati Buah Langka Langka Langsung dari Kebun
Usai menikmati keindahan Pantai Cakang, kami mampir ke Cafe Zore, Buah Naga Juice House. Bila dari arah Pulau Batam, tempat tersebut berada di sebelah kanan setelah Jembatan IV. Sesuai dengan namanya, cafe tersebut menyediakan beragam makanan ringan yang berbahan dasar buah naga, mulai dari keripik, dodol, hingga jus dan sop buah naga.
Menariknya pengunjung juga dapat melihat secara langsung deretan pohon buah naga yang berwarna hijau. Sayang saat saya ke cafe tersebut, pohon buah naga tidak sedang berbuah lebat. Hanya ada beberapa buah naga, itupun kebanyakan masih hijau, yang sudah berwarna kemerahan hanya satu buah.
Duduk-duduk sambil menikmati hamparan buah naga sangat menenangkan, apalagi ditemani dengan hembusan angin sepoi-sepoi khas pantai. Yup, kebun tersebut persis sebelah laut. Sehingga sambil menyeruput jus buah naga, kita juga bisa melihat secara langsung hamparan laut yang berwarna biru.
Terlebih saat kami ke cafe tersebut cukup sepi, mungkin karena bukan akhir pekan. Kami juga datang pada saat jam tanggung. Kami berkunjung ke Cafe Zore Jumat (26/8) lalu sekitar pukul 14:30 WIB. Padahal pada akhir pekan atau pada waktu tertentu, cafe tersebut ramai pengunjung. Apalagi katanya banyak anak TK dan SD Kota Batam yang sering berkunjung untuk study tour.
Mencicipi Aneka Seafood di Kelong Air Masin
Lelah berkeliling, kami memutuskan untuk pulang. Namun sebelum pulang, belum pas rasanya bila tidak ditutup dengan makan di kelong-kelong yang tersebar di beberapa titik sekitar Jembatan Barelang. Setelah berdiskusi, kami akhirnya memutuskan untuk makan di Kelong Air Masin.
Kelong tersebut kami pilih karena berada di Jembatan II. Kalaupun nanti kami ngantuk usai makan, setidaknya sudah cukup dekat ke keramaian (baca: Pulau Batam). Apalagi kelong tersebut juga menawarkan aneka seafood yang lumayan lengkap, mulai dari kepiting, udang, cumi, gonggong, hingga tapis.
Terlebih kelong tersebut juga berada persis di seberang Jembatan I Barelang. Alhasil bila yang banci foto, bisa langsung cekrak cekrek mengambil gambar dari berbagai angle. Apalagi pengelola Air Masin juga menyediakan beragam properti untuk pengunjung berfoto, mulai dari becak hingga sampan.
Sayang saat kami berkunjung angin tidak bertiup kencang. Sehingga, saat kami makan di bagian dalam kelong tersebut suasanaya sedikit sumpek. Kami sempat memutuskan untuk makan diluar (outdoor) namun matahari masih bersinar cukup terik. Alhasil kami memutuskan untuk makan di dalam kelong.
Makan di Kelong Air Masin sepertinya akan lebih seru bila dilakukan sore atau bahkan malam hari. Selain matahari tidak bersinar terik, kita bisa melihat sunset secara langsung. Kapan lagi melihat matahari terbenam dengan latar belakang Jembatan Barelang yang menjadi destinasi favorit wisatawan Kota Batam?
Hari yang berangsur sore membuat kami harus menuntaskan perjalanan. Dalam hati saya berjanji, kapan-kapan harus satu persatu mencoba menikmati beragam tempat wisata yang ditawarkan di sepanjang Jembatan Barelang. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H