Matahari mulai meninggi saat saya memutuskan untuk berangkat ke Pulau Belakang Padang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (17/8). Meski sejak beberapa minggu lalu sudah tertarik untuk melihat secara langsung lomba sampan layar di pulau yang berbatasan dengan Singapura itu, saya masih setengah hati untuk berangkat.
Pasalnya setiap kali berkunjung ke Belakang Padang, saya dan suami biasanya menginap. Kami hampir tidak pernah pulang hari. Kalaupun tidak menginap, kami biasanya berangkat sangat pagi, sehingga masih sempat beristirahat. Namun kali ini kami tidak mungkin menginap. Pagi hari harus mengikuti upacara bendera, dan esoknya kami harus kembali bekerja.
Sebenarnya jarak Batam-Belakang Padang tidak begitu jauh. Hanya memerlukan waktu sekitar 15-20 menit perjalanan dengan menggunakan boat. Jarak Pelabuhan Sekupang – yang menjadi titik keberangkatan dari Pulau Batam ke Pulau Belakang Padang, juga cukup dekat dari pusat Kota Batam. Hanya memerlukan waktu sekitar 20-30 menit. Namun untuk menghindari letih, kami selalu membiasakan diri menginap.
Meski sedikit ragu karena sudah beranjak siang, saya dan suami akhirnya berangkat juga ke Belakang Padang. Apalagi ada titipan yang harus segera kami serahkan ke nenek mertua – tepatnya titipan obat. Maklum di Belakang Padang belum ada apotek, sehingga bila memerlukan obat tertentu harus membeli di Batam.
MENIKMATI LOMBA SAMPAN LAYAR DARI UJUNG PELANTAR
Saat saya dan suami tiba di Pelabuhan Belakang Padang sekitar pukul 11:00 WIB, lomba sampan sudah hampir dimulai. Para penonton sudah memenuhi area di sekitar pelabuhan. Mereka duduk-duduk santai sambil awas mengamati gerak-gerik sampan layar yang berlomba untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tersebut.
Sebagian dari penonton tersebut ada juga yang sibuk berbelanja. Apalagi di sekitar Lang Lang Laut – pusat kuliner Belakang Padang yang masih satu areal dengan pelabuhan, menawarkan beragam jajanan, mulai dari kerak telur, cincau, hingga makanan berat yang berbau seafood. Ada juga yang berbelanja pakaian hingga perlengkapan rumah tangga.
Menurut nenek mertua, sejak tanggal 16 Agustus 2016, Lang Lang Laut memang sudah ramai dipenuhi penjual dan pembeli. Beberapa dari penjual tersebut bahkan ada yang sengaja datang dari Pulau Batam. Mereka niat membawa pelengkapan jualan ke dalam boat.
Suara sirene yang menandakan perlombaan sudah dimulai membuat saya bergegas menuju lokasi yang paling dekat dengan tempat lomba. Setengah berlari saya dan suami menuju ke pelantar lama yang sudah tidak digunakan.
Saat sampai di pelantar saya sedikit ragu untuk mendekati lokasi lomba, bukan apa-apa, pelantar tersebut terlihat sudah sangat rapuh. Banyak kayu yang sudah terlepas. Saya takut bila tiba-tiba terperosok. Apalagi di pelantar tersebut juga cukup banyak pengunjung yang menonton perahu layar yang sedang berlomba.
Bayangan bila tiba-tiba pelantar tersebut ambruk karena tidak kuat menahan beban membuat saya sedikit ngeri. Namun beruntung kekhawatiran saya tidak terbukti. Pelantar tersebut cukup kuat menahan puluhan orang yang asik memberi semangat kepada para peserta lomba, atau hanya sekedar ber-selfie atau ber-wefie ria dengan latar belakang perahu layar.