Kota Batam agak sedikit berbeda dengan kota lain di Indonesia. Meski dikepung oleh laut yang membiru, namun kota ini tidak memiliki sumber air bersih alami. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, pemerintah setempat (Otorita Batam/BP Batam) membangun beberapa dam untuk menampung air hujan yang nantinya diolah untuk air bersih. Beruntung Batam memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga kebutuhan air selalu tercukupi.
Saat ini ada enam dam di Kota Batam, yakni Sei Harapan yang memiliki volume 3.637.000m3, Sei Ladi 9.448.000m3, Baloi (tidak lagi digunakan sebagai air baku karena airnya sudah terlalu mahal untuk diolah sebagai air bersih), Mukakuning 13.147.000m3, Nongsa 724m3, dan Duriangkang 78.560.000 m3.
Selain berkapasitas paling besar, Duriangkang merupakan satu-satunya dam estuari alami di Kota Batam.
Dam tersebut membendung cekungan air laut yang menjorok ke darat. Air laut yang terbendung, bercampur dengan air hujan. Setelah diendapkan selama tiga hingga empat tahun, air laut dan air hujan akan terpisah dengan sendirinya. Setelah terpisah, akan ada alat khusus yang membuang air laut tersebut sehingga kadarnya akan semakin sedikit. Pemisahan air laut dengan air hujan dilakukan secara alami, tanpa bahan kimia apapun.
[caption id="attachment_335938" align="aligncenter" width="560" caption="Dok: Eson.com/Sebelah kiri Dam Duriangkang, sebelah kanan laut lepas."][/caption]
Sebelum Singapura membangun dam estuari yang jauh lebih besar beberapa tahun lalu, Duriangkang merupakan dam estuari terbesar di Asia Tenggara. Dam ini juga merupakan tulang punggung air baku di Kota Batam. Dam ini memasok air bersih yang sudah diolah di dua instalasi pengolahan air – Tanjung Piayu dan Duriangkang, ke sekitar 60 persen wilayah di Kota Batam.
Meski penyumbang air baku utama, sepertinya belum ada hal istimewa yang dilakukan untuk menjaga Dam Duriangkang ini. Setiap tahun memang ada penanaman pohon yang dilakukan oleh PT. Adhya Tirta Batam (ATB) selaku operator air bersih di Kota Batam di daerah resapan air, begitupula oleh perusahaan-perusahaan lain di Kota Batam yang peduli lingkungan, namun perumahan juga meningkat cukup pesat di sekitar dam ini. Ada banyak perumahan baru di Tanjung Piayu-Sei Beduk. Sebagai warga yang ber-KTP Batam, agak khawatir bila pesatnya pertumbuhan perumahan tersebut nantinya akan mempegaruhi kualitas air di Duriangkang.
[caption id="attachment_335939" align="aligncenter" width="384" caption="Dok Pribadi/Kepala Bapedalda Kota Batam saat menanam pohon."]
[/caption]
Jangan sampai Duriangkang menyusul Dam Baloi yang tidak dioperasikan karena airnya sudah terlalu tercemar oleh limbah buangan rumah tangga dari rumah liar di sekitar dam. Sehingga, bila diolah menjadi air bersihpun biaya pengolahan air tersebut akan memakan biaya yang cukup banyak dan pasti akan membebani masyarakat.
Namun saya yakin, pemerintah di Kota Batam (Pemko/BP Batam) tidak akan tinggal diam. Pasti ada upaya khusus untuk menjaga keberlangsungan dam tersebut, seperti halnya BP Batam yang sudah kembali membangun Dam Tembesi untuk menambah air baku di Kota Batam.
Sebagai informasi, Dam Duriangkang banyak dikunjungi berbagai instansi dari dalam maupun luar negeri. Terakhir ada mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Parahiyangan Bandung yang berkunjung ke dam tersebut. Bila ingin berkunjung dapat menghubungi BP Batam, atau bisa juga sekalian melihat instalasi pengolahan air dam tersebut dengan menghubungi PT. Adhya Tirta Batam (*)
[caption id="attachment_335940" align="aligncenter" width="518" caption="Dok pribadi/Rombongan Kementrian PU saat berkunjung ke IPA Duriangkang beberapa waktu lalu."]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H