Lihat ke Halaman Asli

Cucum Suminar

TERVERIFIKASI

Kompasianer

PDAM: Tekan Kebocoran Air, Tekan Kerugian

Diperbarui: 4 April 2017   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14104938711672669898

Kebocoran air selalu menjadi momok bagi perusahaan air minum (PAM) atau Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Banyak uang yang mengalir percuma hanya karena PAM/PDAM tidak dapat mengendalikan kebocoran air. Bila di rata-rata kebocoran airPAM/PDAM seluruh Indonesia memang masih cukup tinggi, yakni 33 persen. PDAM Kota Makasar bahkan kebocoran airnya masih diatas angka 40 persen.

[caption id="attachment_342319" align="aligncenter" width="500" caption="Dok ATB/Bila kebocoran air seperti ini, satu jam saja ada berapa banyak air yang terbuang."][/caption]

Kebocoran air biasanya disebabkan oleh dua hal, yakni kebocoran secara teknis dan kebocoran secara non teknis atau komersial. Kebocoran teknis disebabkan oleh bocor pada pipa transmisi/distribusi atau air tersebut digunakan sebagai bagian dari proses pengolahan air atau pelayanan kepada pelanggan, seperti pembersihan pipa, dll.

Sementara kebocoran komersial disebabkan oleh pencurian air – warga menyambung langsung pipa jaringan rumah/kantor/instansi/hotel ke pipa transmisi/distribusi tanpa melewati meter air yang digunakan sebagai alat ukur pemakaian air oleh PAM/PDAM, mengkondisikan meter air sehingga berputar lebih lambat atau tidak seperti yang seharusnya, dll.

Kebocoran air menjadi salah satu penyebab sebuah PAM/PDAM tidak sehat secara finansial. Berdasarkan berita yang dirilis www.pu.go.id, PDAM Kota makasar bahkan pernah mengalami potensi kerugian akibat kebocoran air mencapai Rp9 miliar. Sangat besar bukan nilainya? Padahal bila uang tersebut dapat diselamatkan, bisa membiayai beberapa pembangunan infrastruktur untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.

[caption id="attachment_342320" align="aligncenter" width="350" caption="Dok ATB/Petugas saat mendeteksi kebocoran air."]

1410493970807878003

[/caption]

Menekan tingkat kebocoran air memang sedikit sulit, apalagi bila sudah berada dibawah 30 persen. Banyak biaya yang harus dikeluarkan. PT. Adhya Tirta Batam (ATB) misalkan, perusahaan air swasta di Kota Batam tersebut harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1 miliar untuk penurunan satu persen kebocoran air.

Dana tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur, membangun teknologi, hingga menyiapkan SDM. Namun, biaya yang dikeluarkan juga cukup setimpal dengan apa yang didapatkan, saat berhasil menurunkan kebocoran sekitar 2 persen pada tahun lalu, ATB berhasil menyelamatkan uang sebesar Rp6,6 miliar.

[caption id="attachment_342321" align="aligncenter" width="400" caption="Dok ATB/Salah satu alat yang digunakan ATB untuk membuat SIG."]

14104942351869485232

[/caption]

Tingkat kebocoran air ATB memang cukup rendah, operator penyedia air bersih di Kota Batam tersebut mampu menekan tingkat kebocoran air hingga 24,54 persen pada akhir tahun 2013 lalu. Hingga pertengahan tahun 2014 ini, tingkat kebocoran air ATB bahkan sudah mencapai 23 persen.

Seperti yang sering di dengung-dengungkan melalui website resmi mereka www.atbbatam.com ataupun media lokal, ATB memang sangat berkepentingan untuk menekan tingkat kebocoran air. Apa pasal? Kota Batam tidak memiliki sumber air baku alami seperti sungai, danau, mata air pegunungan dll, Batam hanya mengandalkan air hujan sebagai air baku yang diolah untuk air bersih. Air hujan tersebut ditampung dalam enam dam (namun ATB hanya menggunakan lima dam, karena satu dam sudah sangat tercemar limbah rumah tangga sehingga biaya pengolahan menjadi air bersih lebih tinggi dibanding dari dam lain).

Tidak memiliki sumber air baku alami otomatis membuat operator pengelola air bersih tersebut harus berhemat. Meski saat ini masih ada marjin antara ketersediaan air baku dengan air bersih yang diolah untuk didistribusikan ke pelanggan, namun mengingat pertumbuhan penduduk Kota Batam yang cukup tinggi, ATB harus berupaya ekstra keras menyelamatkan air.

Selain keterbatasan air baku, ATB juga harus melakukan efisiensi dengan menekan tingkat kebocoran air karena sejak akhir tahun 2011 lalu tidak pernah menaikan tarif, padahal setiap tahun ATB setidaknya harus menggelontorkan dana untuk investasi sekitar Rp100 miliar agar pelayanan kepada pelanggan selalu prima.

[caption id="attachment_342322" align="aligncenter" width="400" caption="Dok ATB/Petugas saat mengecek meter air pelanggan"]

14104943661031344524

[/caption]

ATB semakin terpacu untuk memelototi kehilangan air karena ditengah tarif yang tidak pernah naik, harus menghadapi kenaikan UMK yang cukup tinggi, terutama pada tahun 2013 lalu yang awalnya UMK batam hanya sekitar Rp1,5 juta, naik menjadi Rp2,4 juta, belum lagi kenaikan BBM yang berdampak pada kenaikan beberapa jasa dan barang.

Meski ATB merupakan perusahaan air swasta, namun mereka ternyata tidak dapat menaikan tarif tanpa persetujuan dari BP Batam selaku regulator yang (dulu) juga berperan sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat. Itu makanya agar pelayanan air bersih tetap berjalan dengan baik, ATB melakukan beragam efisiensi, salah satunya menakan kebocoran air bersih.

Ada banyak cara yang dilakukan ATB untuk menyelamatkan air sehingga menjadi rupiah. Apa saja caranya?


  • Membuat masyarakat merasa memiliki air bersih dengan melakukan beragam edukasi baik melalui media massa maupun datang secara langsung ke sekolah, ke perumahan, maupun ke perguruan tinggi. Apalagi saat edukasi tersebut disosialisasikan bahwa Batam tidak memiliki sumber air baku alami sehingga saat melihat kebocoran air di jalan, difasilitas umum atau dimanapun masyarakat secara sukarela menghubungi call centre maupun jejaring sosial yang disediakan oleh ATB karena sayang melihat air terbuang secara percuma.

  • Memberi penghargaan pada masyarakat yang rajin melaporkan kebocoran air secara sukarela saat Hari Pelanggan Nasional. Biasanya diberikan souvenir hingga bingkisan berupa makanan. Terkadang foto mereka dipampang di media masa lokal sebagai pelanggan terpilih.

  • Memanfaatkan teknologi seperti membangun jaringan Sistem Informasi Geografis (SIG). Melalui sistem tersebut kebocoran air akan lebih terlihat. Apalagi saat ada laporan kebocoran air dari masyarakat, akan ada tanda merah pada lokasi yang dilaporkan. Bila belum diperbaiki dan petugas belum mengunggah foto sebagai bukti verifikasi, tanda tersebut akan tetap merah. Bila dalam jangka waktu yang sudah ditentukan warnanya masih merah, aka nada pemberitahuan secara berjenjang kepada atasan petugas tersebut hingga pucuk pimpinan, tentu dengan konsekuensi yang sudah ditetapkan.

  • Membenamkan car tracer pada setiap mobil operasional. Hal tersebut dilakukan untuk memantau apakah petugas tersebut betul-betul ke lokasi kebocoran air yang sudah ditetapkan untuk diperbaiki, atau ke tempat lain dan melakukan aktifitas diluar pekerjaan.

  • Mengganti meter air secara berkala setiap lima tahun sekali. Meter air yang digunakan lewat dari lima tahun dan tidak pernah dikalibrasi ulang rentan menguntungkan pelanggan karena biasanya perputaran meter air tersebut akan semakin melambat sehingga penghitungan pemakaian air tidak akurat.

  • Menggunakan pembacaan meter air yang modern. Saat menginput data penggunaan air melalui meter air, petugas pembacaan meter air juga harus melampirkan foto aktual dari meter air tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan pembacaan meter air yang nantinya merugikan ATB maupun pelanggan, selain itu untuk menekan “kenakalan” petugas yang mungkin ada yang malas untuk datang langsung ke lokasi sehingga menginput data secara kira-kira.

  • Melakukan water balance atau mebandingkan antara air yang diolah, yang didistribusikan, dan yang menjadi uang. Bila ada kejanggalan langsung dilakukan verifikasi, dicek dimana letak kebocoran air. Biasanya mereka melakukan pengecekan pada malam hari di wilayah yang diduga terjadi kebocoran. Mengapa dilakukan pada malam hari? Karena saat malam tidak banyak pelanggan yang menggunakan air sehingga lebih mudah untuk menelusuri kebocoran air, apalagi bila saat malam hari tersebut terlihat di sistem penggunaan air masih tinggi.

  • Menetapkan zona dan sub-zona untuk lebih memudahkan pelayanan maupun pengecekan bila terjadi kebocoran air. Hal tersebut juga lebih memudahkan untuk mempetrbaiki bila memang terjadi kebocoran air baik karena teknis – memang karena pipa bocor, atau karena ada pencurian air.

  • Membentuk Tim Tanggap Cepat sehingga saat ada keluhan kebocoran air tim tersebut siap meluncur untuk segera memperbaiki kebocoran tersebut. Semakin cepat ditangani, air yang terselamatkan akan semakin banyak.

  • Membentuk bagian kebocoran air, bagian tersebut tidak disisipkan kepada bagian lain, misalkan bagian distribusi atau produksi. Hal tersebut dilakukan agar penanganan kebocoran air lebih fokus, serius dan berkelanjutan.

Jadi sudahkan kita cukup peduli untuk melaporkan bila terjadi kebocoran air? Meski kita tidak diuntungkan secara langsung, kebocoran air akan merugikan kita secara tidak langsung. Salah satunya adalah jumlah air bersih ke pelanggan tentu berkurang sehingga menyebabkan aliran air mengecil atau mati total beberapa saat, selain itu ujung-ujungnya untuk menutupi biaya operasional kedepan pasti akan ada pengaruh terkait tarif (baca: kenaikan tarif). Bagi yang dikelola oleh PDAM yang noatbene menggunakan APBD dan APBN apa tidak sayang uang rakyat terbuang begitu saja? Hal yang lebih seram adalah tidak ada lagi air baku yang cukup untuk diolah sehingga pengelola air bersih terpaksa harus melakukan penggiliran suplai. Mungkin dampaknya tidak sekarang, tapi lima tahun ke depan, 10 tahun ke depan, kan kita tidak tahu, apalagi bila terjadi kemarau berkepanjangan. Ih amit-amit ya, oleh karena itu, yuk lebih peduli kebocoran air, LAPORKAN! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline