[caption id="attachment_346299" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Perahu yang mengarungi lautan anatara Belakang Padang - Batam."][/caption]
Seperti yang pernah saya ceritakan di tulisan sebelumnya, Belakang Padang memiliki fasilitas yang terbilang lengkap. Meski hanya berbentuk pulau seluas 68,4 km² dan dihuni oleh sekitar 19 ribu penduduk, Belakang Padang memiliki kantor pos sendiri, kantor Telkom, bendungan air bersih sendiri (meski saat ini masih proses pembangunan), hingga memiliki kantor PLN dan pembangkit listrik sendiri.
Tak hanya itu, pulau yang berada di Selat Malaka dan Selat Singapura tersebut juga memiliki tempat pengolahan sampah sendiri, tempat pemakaman umum mandiri, gelanggang olahraga yang dilengkapi lapangan sepakbola yang cukup luas, hingga kantor imigrasi yang melayani pembuatan paspor dan cap ijin untuk perpanjangan tinggal bagi Warga Negara Asing (WNA).
[caption id="attachment_346300" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Bangunan menjulang di Singapura yang terlihat cukup jelas dari Pelabuhan Belakang Padang."]
[/caption]
Meski memiliki fasilitas yang cukup lengkap, ada satu yang kurang di Pulau Belakang Padang. Apa itu? Bank dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Ketiadaan fasilitas perbankan, membuat warga Belakang Padang harus pergi ke Batam – mengarungi laut dengan menggunakan boat sekitar 20 menit dengan biaya Rp13.000 per sekali jalan, bila ingin memanfaatkan fasilitas perbankan, seperti menabung, mentransfer hingga mengambil uang tunai.
[caption id="attachment_346301" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Pulau Sambu yang dikelola Pertamina."]
[/caption]
Beberapa waktu lalu sebenarnya ada fasilitas perbankan di Pulau Sambu – yang letaknya persis di seberang Pulau Belakang Padang dan untuk menuju ke sana harus menggunakan boat sekitar 10 menit dengan biaya Rp10.000 per sekali jalan. Hanya saja, saat ini katanya fasilitas perbankan di sana tidak selengkap dulu.
Ketiadaan ATM dan bank di Pulau Belakang Padang, membuat saya dan suami selalu membawa uang cukup setiap kali pergi ke sana. Kan tidak lucu, saat ingin berwisata kuliner di Lang Lang Laut, uang yang kami bawa tidak cukup. Masa harus pinjam dulu kepada kerabat =D.
[caption id="attachment_346302" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Deretan Ruko di Belakang Padang."]
[/caption]
Saya dan suami memang bukan tipe orang yang suka membawa uang banyak. Bukan apa-apa, bila membawa uang banyak, khawatir habis dan nanti tidak cukup untuk membeli keperluan sehari-hari hingga akhir bulan. Maklum kami berdua pekerja yang mengandalkan uang bulanan.
Ketiadaan fasilitas perbankan di Belakang Padang juga membuat keluarga sedikit repot untuk mengirim/mentransfer uang. Ibu mertua saya misalkan (beliau tinggal di Bogor), saat ingin mengirim uang ke nenek mertua yang tinggal di Belakang Padang, ibu mertua biasanya mentransfer uang ke suami, dan kami mengirimkannya secara langsung sambil menengok nenek mertua.
[caption id="attachment_346303" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/POS TNI AL."]
[/caption]
Selain itu, ibu mertua saya yang akan memasuki masa pensiun dan berencana untuk tinggal di Belakang Padang juga sempat khawatir. Beliau bilang, nanti setiap kali dana pensiun ditransfer ke rekening bank, ia harus pergi ke Batam untuk mencairkannya.
Saya sempat berpikir, mengapa ya tidak ada bank yang membuka kantor cabang di sana? Atau setidaknya bank yang menyediakan ATM sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat Belakang Padang, maupun pendatang yang singgah ke pulau tersebut?
[caption id="attachment_346304" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Polsek Belakang Padang."]
[/caption]
Bila dilihat dari sisi potensi manfaat, ATM dan bank pembantu tentu sangat bermanfaat. Banyak warga Belakang Padang yang melanjutkan pendidikan ke luar pulau. Saudara sepupu suami ada yang melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada –Jogya, ada juga yang melanjutkan kuliah di Jakarta, hingga Bandung.
Orangtua yang anaknya bersekolah di luar Belakang Padang, tentu sangat memerlukan fasilitas perbankan untuk mengirim dana yang diperlukan setiap bulan, atau setiap memiliki dana berlebih atau saat si anak membutuhkan uang yang mungkin tidak terprediksi sebelumnya.
Mungkin bisa saja orangtua tersebut pergi ke Batam dulu, atau ke Sambu, hanya saja kan tidak efisien. Apalagi bila si anak tersebut memerlukan dana cukup mendesak. Alangkah lebih baiknya bila ada bank yang berbaik hati membuka cabang di Belakang Padang, atau setidaknya menyiapkan fasilitas ATM.
[caption id="attachment_346305" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Deretan motor yang diparkir pemotor dengan tujuan Belakang Padang."]
[/caption]
Selain itu, Belakang Padang juga dilengkapi dengan Kepolisian Sektor (Polsek) Belakang Padang hingga Pos Angkatan Laut. Belum lagi sekolah dari tingkat TK hingga SMA. Polisi, tentara, dan guru tersebut tentu memerlukan fasilitas perbankan, baik untuk mengambil gaji, maupun untuk mentransfer uang – mungkin untuk keluarganya di kampung sana.
[caption id="attachment_346306" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi/Antrian penumpang boat tujuan Batam-Belakang Padang."]
[/caption]
Tak hanya itu, saat ini banyak juga warga Pulau Belakang Padang yang bekerja di Pulau Batam dan setiap akhir pekan baru pulang. Sehingga, bila ada ATM atau bank cabang pembantu, mungkin akan memudahkan mereka mengirim uang kepada keluarga.
Ah, semoga secepatnya ada bank atau setidaknya ATM di Pulau Belakang Padang. Apalagi Belakang Padang langsung berbatasan dengan Singapura. Saat berdiri di Pelabuhan Belakang Padang, akan jelas terlihat deretan bangunan pencakar langit di negeri Singa tersebut. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H