Lihat ke Halaman Asli

Cucum Suminar

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Batam Kota Sejuta Ruko?

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1417891682218413380

[caption id="attachment_358218" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Beberapa deret ruko yang ada di Kota Batam."][/caption]

Bila Bogor dikenal dengan kota sejuta angkot, Batam dijuluki dengan kota sejuta ruko.

Kota yang memiliki penduduk sekitar 1,3 juta ini memang memiliki ruko yang tidak sedikit. Hampir semua titik – mulai dari pusat kota hingga daerah pelosok – terdapat ruko yang berjejer untuk dijadikan tempat usaha. Ruko-ruko tersebut tersebar merata di seluruh kota karena (hampir) semua perumahan dilengkapi dengan ruko.

Fungsi ruko tersebut sangat beragam. Ada yang dijadikan untuk berjualan furniture, dijadikan klinik kesehatan, ada yang dijadikan tempat menjual oleh-oleh, tempat les, toko pakaian, toko kelontong, kost-kostan, hotel, sampai ada yang menjadikan sekolah hingga perguruan tinggi.

Meski sempat ditegur Dinas Pendidikan Kota Batam karena sekolah sebenarnya tidak boleh di ruko (apalagi bila ruko tersebut tidak dimodifikasi), namun tetap banyak yang menjadikan ruko sebagai sarana untuk belajar mengajar. Salah tiganya ada di daerah Sukajadi – yang saya tahu saja ada SMK dan playgroup yang memanfaatkan ruko untuk tempat belajar, ada juga sekolah menengah yang memanfaatkan ruko di daerah Batam Centre (tidak jauh letaknya dari kantor BP Batam), kemudian ada sekolah dan perguruan tinggi di daerah Baloi yang memanfaatkan ruko untuk tempat belajar.

Namun meski banyak yang sudah mengalihfungsikan ruko, tetap saja masih banyak ruko kosong yang tidak terisi. Mungkin karena saking banyaknya ruko yang dibangun. Apalagi ruko-ruko tersebut juga biasanya dijual dengan harga yang lebih tinggi dari harga rumah. Harga satu ruko rata-rata sudah diatas Rp500 juta.

Deretan ruko yang terlihat kosong adalah di Dermaga Culinary Paradise. Ruko-ruko yang berada dideret belakang umumnya kosong tanpa isi. Entah belum berhasil terjual, atau memang sudah terjual hanya saja belum diisi oleh pemiliknya karena satu dan lain hal.

Begitupula dengan ruko di perumahan Regata Batam Centre. Deretan ruko masih banyak yang belum terisi. Padahal lokasi perumahan tersebut sangat strategis, berada di pusat kota dan dekat dengan pusat pemerintahan, baik Kantor BP Batam maupun Kantor Walikota Batam.

Keberadaan ruko-ruko tersebut terkadang sangat memudahkan masyarakat. Saya misalkan, bila ingin membeli furniture tidak perlu jauh-jauh ke pusat kota atau ke pusat perbelanjaan, tinggal jalan kaki ke depan perumahan sudah menemukan lebih dari satu toko furniture. Tinggal keluar masuk ruko, pilih, bayar, selesai.

Begitupula saat ingin membeli oleh-oleh khas Batam, tinggal ke depan kompleks langsung bisa membeli aneka kaos, kue hingga beragam makanan khas Batam. Tidak usah lagi mengeluarkan ongkos atau bensin lebih untuk pergi ke pusat oleh-oleh yang biasanya bila di kota lain dipusatkan di satu titik.

Pengembang juga mungkin berpikiran seperti itu saat membangun ruko di depan perumahan. Mereka ingin memudahkan para pembeli rumah saat memerlukan kebutuhan sehari-hari. Mereka ingin membuat pembeli rumah tersebut mudah mendapatkan kebutuhan mereka.

Namun ternyata semua pengembang berpikiran seperti itu. Alhasil, ada ruko yang ramai, ada juga yang sepi. Selain sepi pembeli (belum laku), ada juga yang sepi pengunjung. Mungkin karena jarak perumahan cukup dekat, dan hampir semua perumahan ada ruko, pembeli bisa membandingkan harga. Alhasil bila beda harga sedikit saja, mending beli di ruko perumahan lain.

Ruko-ruko kosong tersebut jujur saja membuat pemandangan kurang indah. Meski mungkin sepenuhnya hak pemilik ruko, namun bila kosong khawatir menjadi tempat kriminalitas. Mungkin ada baiknya, meski kosong tetap ada yang menjaga keamanan di ruko tersebut untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.

Ruko yang bertebaran di setiap sudut juga sebenarnya selalu menggoyahkan iman. Apalagi bila setiap hari melihat klinik kecantikan ini, penjual ini, penjual itu. Lama-lama menjadi ingin mencoba. Lama-lama membuat kantung sedikit jebol – bahkan mungkin jebol betulan, karena lebih konsumtif.

Mungkin ke depan ada baiknya bila ada pengaturan jumlah ruko yang dibangun di Kota Batam. Sehingga, ruko-ruko yang dibangun tersebut memang dibangun berdasarkan studi kebutuhan, bukan studi keinginan pengembang untuk meraup untuk yang lebih besar.

Bila sudah ada banyak ruko disekitar perumahan tersebut, mungkin pemerintah bisa tegas meminta pengembang hanya membangun rumah, tidak membangun ruko dengan jumlah suka-suka. Kalaupun memang harus ada ruko, karena dalih ingin memudahkan yang tinggal disana kelak, mungkin harus jelas perbandingan ruko dengan jumlah rumah yang akan dibangun. Sayang kan bila ruko tersebut sudah dibangun tapi tidak diisi. Lebih baik lahannya untuk ruang terbuka hijau. Salam Kompasiana! (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline