Lihat ke Halaman Asli

Seni Bela Diri Pencak Silat Perkuat Karakter Bangsa

Diperbarui: 10 Mei 2017   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencak silat merupakan seni bela diri tradisional yang merupakan warisan budaya leluhur asli Indonesia. Secara turun temurun para pendahulu kita mewariskan budaya tersebut dengan tidak terlepas dari sejarah bangsa ini yang dijajah oleh Negara lain. Untuk bertahan dari penjajah, atau untuk membela diri para leluhur kita membekali diri dan keluarga dengan bela diri Pencak silat, dengan demikian Pencak Silat ikut andil dalam sejarah perjuangan pendahulu kita dalam merebut kemerdekaan.

Banyak sekali perguruan-perguruan pencak silat yang ada di tanah air, hampir seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki budaya seni bela diri, dengan corak ragam yang berbeda, baik dalam segi gerakan (jurus), pakaian khas pencak silat, alat/senjata yang digunakan, atau gamelan / tabuh-tabuhan yang dipakai untuk mengiringi atraksi-atraksi pencak silat seni.

Pencak silat kini sudah menyebar ke berbagai negara di dunia, bukan hanya milik bangsa melayu saja seperti Indonesia, Malaysia dan Brunei tapi puluhan Negara sudah masuk ke dalam organisasi dunia pencak silat dunia atau Persilat. Pencak silat biasanya dipertandingkan pada tingkat daerah seperti PORPROV (dulu PORDA), tingkat nasional (PON) dan kejuaraan nasional lainnya, pencak silat juga dipertandingkan di tingkat ASEAN yaitu pada SEAGAMES yang diikuti oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Fhilipine, Laos, dan Vietnam, bahkan pencak silat dipertandingkan pada kejuaraan pencak silat dunia, seperti yang pernah diikuti oleh penulis pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat pada tahun 1994 di Thailand yang pada waktu itu sudah diikuti oleh 24 negara di dunia, kini lebih banyak lagi negara yang sudah bergabung ke dalam PERSILAT sebagai negara anggota dan turut dalam ajang kejuaraan dunia.

Pencak silat memiliki nilai-nilai positif yang sangat baik dalam melatih mental maupun fisik anak-anak atau orang yang belajar pencak silat, selain itu memiliki aspek-aspek utama yaitu aspek mental spiritual, aspek seni budaya, aspek bela diri, dan aspek olah raga.

  • Aspek mental spiritual
  • Setiap perguruan pencak silat memegang tinggi kepercayaan terhadap kekuatan gaib, zaman dahulu sebelum memeluk agama islam pendahulu kita melakukan puasa, mati geni, bersemedi atau bertapa agar mendapatkan kekuatan, pada saat setelah menganut agama pendekatan terhadap Sang Kholik menjadi dasar bagi setiap perguruan pencak silat, karena berkeyakinan bahwa kekuatan itu datangnya dari Allah, yang maha gagah, yang memberi perlindungan adalah Allah setangguh apa pun manusia.
  • Aspek Seni Budaya
  • Pencak Silat merupakan kekayaan budaya yang diwariskan oleh leluhur ita, kaya akan falsafah kehidupan, selain itu pencak silat juga memiliki unsur keindahan, yang ditampilkan dalam gerakan jurus-jurus, dipadu dengan pakaian khas yang berbeda-beda, serta alat atau senjata yang digunakan di tiap daerah di Indonesia. Pencak Silat seni juga memiliki gerakan yang dinamis, ditampilkan dalam peragaan solo atau rampak ( bersama). Selain gerakan, pencak silat juga diiringi tabuhan yang berbeda-beda di setiap daerah dengan gamelan seperti kendang, dan tabuhan-tabuhan lain sesuai daerahnya, oleh karena itu pencak silat memiliki aspek seni dan budaya.
  • Aspek Bela diri
  • Aspek yang ketiga ini sudah pasti bahwa dalam pencak silat menekankan pada aspek bela diri, melatih kekuatan fisik, mengembangkan jurus-jurus pertahanan, bagaimana menyerang lawan, menagkisserangan, elakan, bantingan, guntingan dan sebagainya. Aspek ini berguna bagi pertahanan untuk menjaga diri sendiri atau pun pada saat bertanding di gelanggang.
  • Aspek olah raga
  • Pencak silat pada intinya mengolah fisik dengan latihan-latihan untuk kekuatan, ketahanan, dan kecepatan. Latihan yang diulang-ulang, sistematis, dan berkelanjutan berdampak pada kesehatan dan pembentukan tubuh, oleh karena itu latihan pencak silat berarti melatih fisik atau berolah raga, sehingga pesilat merupakan olahragawan, fisiknya kuat, sehat, dan terbentuk.
  • Selain empat aspek di atas, pencak silat juga dapat membangun kedisiplinan, dengan jadwal latihan yang harus ditaati, tatacara menghormati guru/pelatih, kakak seperguruan, menimbulkan sikap santun, rendah hati, yang diajarkan kepada adik seperguruan, rasa percaya diri yang tinggi bagi anak, melatih ketahanan mental anak ketika menghadapi latihan-latihan berat, pertandingan, dan peragaan yang disaksikan orang banyak, melatih kewaspadaan, membangun jiwa yang mandiri ketika latihan jauh dari pengawasan dan bantuan orang tua, serta menjadikan anak memiliki jiwa sportifitas, ulet dan tangguh serta kesatria, sikap-sikap ini merupakan nilai-nilai positif yang terkandung dalam olah raga pencak silat.
  • Keempat aspek utama pencak silat dan nilai-nilai positif yang terkandung dalam Pencak silat yang diuraikan di atas sesuai dengan Sembilan pilar karakter yang dikembangkan di sekolah, yaitu
  • Cinta Tuhan dan segenap ciptaanya
  • Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian,
  • kejujuran/amanah, dan diplomasi
  • Hormat dan santun
  • Dermawan, suka menolong, dan gotong royong/kerjasama
  • Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras
  • Kepemimpinan dan keadilan
  • Baik dan rendah hati
  • Toleransi, kedamaian, dan persatuan
  • Dengan demikian latihan bela diri pencak silat di sekolah akan sangat menunjang pembentukan dan pembangunan karakter anak. Pencak silat sebagai warisan budaya Indonesia yang beraneka ragam dapat mempersatukan anak bangsa pada ajang-ajang festival atau kejuaraan-kejuaraan, selain itu sebagai jati diri bangsa di mata dunia. Pendidikan Budaya pencak silat ini merupakan salah satu cara yang tepat dalam revolusi karakter bangsa yang berbhineka sesuai dengan yang diharapkan pemerintah dan amanat tujuan nasional Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah)
  • (Penulis salah satu mantan atlit Pencak Silat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline