Lihat ke Halaman Asli

Cucuk Espe

pecinta seni yang menulis

Aku Berwirausaha Maka Aku Ada: Sebuah Catatan Ringan

Diperbarui: 24 Oktober 2021   12:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah catatan ringan yang saya tulis di sela kegiatan 'Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Kemitraan' yang dilaksanakan di Desa Morosunggingan, Kecamatan Peterongan, Jombang, Jawa Timur. Ada kegembiraan ketika saya mengajak warga desa yang sebagian besar ibu rumah tangga untuk lebih berdaya secara ekonomi. Melatih skill membuat makanan ringan --kripik pare--hingga layak menembus pasar.

Berawal dari ide sederhana; bagaimana menciptakan geliat ekonomi di desa menjadi lebih berdaya. Juga keluhan kebuntuan pasar yang sering dialami --pengusaha--pemula. Letupan keluhan itu saya rangkum dan diskusikan dengan LPMD, BUMDes, dan Pemerintahan Desa, akhirnya terciptalah ruang pelatihan kewirausahaan dalam bingkai kemitraan. Titik awal telah kita mulai.

Menjalin komunikasi dengan berbagai pihak menjadi sangat penting. Kami pun tidak bisa berjalan sendiri. Institusi pemerintah daerah yang membidangi persoalan usaha mikro harus kami ketuk dalam rangka mencari saran dan sharing mengurai persoalan. Sungguh di luar dugaan, persentuhan yang awalnya hanya brainstorming (diskusi ringan) akhirnya membuahkan langkah sangat positif. Benang merah untuk menemukan titik cerah, persoalan di desa pun semakin benderang.

Kami dipertemukan dengan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Jombang, Jawa Timur di saat yang tepat. Ketika institusi pemerintahan tersebut gencar menggalakkan usaha mikro di pedesaan. Peluang kami tangkap dan kami sinergikan dengan ide sederhana para ibu di desa. Pelatihan usaha mikro pun terjadi. Semangat berbalut kegembiraan, meski muncul riak kecil persoalan (adalah hal wajar). Kami telah maju beberapa langkah.

Melalui dua sahabat hebat di Dinas Koperasi dan UM Kabupaten Jombang (...boleh nggak kami sebut nama?), kami pun dipertemukan dengan pakar manajemen kewirausahaan dari Universitas Darul Ulum Jombang (...maaf, kami sungkan untuk menyebut nama). Letupan kegembiraan dalam cita-cita berwirausaha pun kian luar biasa. Kami akan didampingi akademisi hingga mampu mewujudkan mimpi di kemudian hari. Tidak sekedar didampingi tetapi juga diberi motivasi hingga mampu membuka batin entrepreneurship kami.

Pekerjaan masih jauh dari berhasil. Untuk mengurai hilir persoalan berwirusaha yakni pasar atas produk yang kami hasilkan nanti, sahabat dari Dinkop dan UM mempertemukan kami dengan Permamin yang menjadi wadah pengusaha makanan dan minuman. Pasar semakin cerah, hilir masalah pemasaran pun terurai. Seorang pengusaha anggota Permamin langsung melatih membuat produk --keripik pare--yang layak diterima pasar. Lagi-lagi peluang muncul.

Berawal dari ide sederhana, akhirnya sinergi dengan berbagai pihak pun terjadi. Dan fase berikutnya --boleh jadi--menjadi fase terberat yang harus kami taklukkan. Yakni merawat niat dan semangat untuk konsisten menghasilkan produk hingga benar-benar diterima pasar. Imbasnya tentu ekonomi warga menjadi lebih berdaya.

Kami sadar menumbuhkan spirit entrepreneurship warga desa dengan beragam latar belakang problematika bukan perkara mudah. Pendekatan teoritik-konvensional terkadang tidak menjadi obat mujarab. Langkah inkovensional berbasis 'pendekatan adat' (istilah saya), harus tetap dilakukan demi menjaga konsistensi berwirausaha. Karena warga yang berdaya ujungnya menjadi desa yang berdaya.

Semoga langkah kecil ini mampu memberi manfaat. Sinergi akan menjadi diri lebih berarti. Terima kasih kepada semua sahabat yang menemani di langkah awal ini. Kami akan berusaha menaklukkan fase berat berikutnya.

Aku berwirausaha maka aku ada. Semoga catatan ini menjadi jejak bermakna di kemudian hari.**

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline