Lihat ke Halaman Asli

Gayska Vetotama

Pejalan kaki di Bumi

Hari ke-1 (Antologi Puisi)

Diperbarui: 10 September 2019   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(Greys)

"Andai. . ." Ucap seorang anak dalam renungnya
Bersimpuh, kepala tertunduk dalam nan kelam
Antara enggan dan sungkan gambar netranya
"Bukankah deru ombak bukan tuk angin malam?"

Ia teringat canda tawa bersama sang nahkoda dan awak kapal lain
 Saat guyon, kisah, dan sapu reyot di sudut kapal masih tampak bermakna
Terkikik tangisnya saat kenang singgah sejenak
"Sia-sia dihidupi sia-sia disesali" sanggahnya dalam sendiri

"Toh bukan aku, tapi dunia saja yang memang busuk"
Tertatih ia mengangkat raga mendekati meja usang
Sedih dan murkanya tumpah seluruh
membanjiri lembar yang tertindih telapak

"Biar saja semua hilang, hilang tawaku, hilang kisahku,
hilang bahtera  bobrokku, hilang murkaku. . . Hilang aku"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline