Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Zulfadli

TERVERIFIKASI

Catatan Ringan

Tradisi dan Darah Panas Pemain Inggris

Diperbarui: 10 Desember 2022   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: https://www.thestar.com.my/sport/football/)

Sejak juara Piala Dunia 1966 di negeri sendiri, Inggris di Piala Dunia senantiasa ditandai petualangan dramatis. Selalu saja ada drama dan insiden menyertai kegagalan Three Lions di turnamen akbar.

Adu penalti melekat pada begitu banyak momen kekalahan Piala Dunia yang memilukan. Membuat fans atau hooligans kecewa dan frustrasi dalam waktu yang lama. Bagi Inggris, yang mengklaim sebagai negara penemu sepak bola modern, penantian 56 tahun bagaikan hidup masa kegelapan.

Pada Piala Dunia 1986 Inggris kalah di perempat final oleh Argentina lewat dua gol ajaib Diego "Dewa" Maradona, dalam duel yang diberi tajuk sebagai laga abad ke-20. Empat tahun kemudian pada Piala Dunia Italia 1990, Inggris yang dilatih manager karismatik Bobby Robson disingkirkan Jerman Barat di semifinal melalui laga brutal dan adu penalti yang sangat kejam. Pencapaian Inggris di Italia 1990 paling tinggi setelah kampiun pada 1966.

Pemain muda Paul Gascoigne menangisi kekalahan Inggris di Turin. Air mata Gascoigne semacam momen penting dalam sepak bola Inggris, yang membantu orang jatuh cinta lagi dengan tim nasional Inggris. Momen. yang menginspirasi pemain top Inggris kemudian hari, seperti Frank Lampard, Paul Scholes, dan Steven Gerrard.

Skuad Inggris 1998 di Perancis yang dipimpin Glen Hoddle juga kandas lewat drama adu penalti oleh Argentina yang diwarnai insiden kartu merah David Beckham karena berseteru dengan Diego Simeone. Pada Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2022, giliran Brasil memupus harapan besar Inggris di perempat final lewat gol "ajaib" Ronaldinho ke gawang David Seaman.

Kesialan Inggris berlanjut di perempat final Piala Dunia 2006 setelah dihentikan oleh Portugal, lagi-lagi melalui adu penalti yang juga diwarnai kartu merah pemain bintang tim, Wayne Rooney, dan momen "kedipan mata" Cristiano Ronaldo. Kemudian di Piala Dunia 2010, Inggris dihajar Jerman 1-4 di babak 16 besar,  yang ditandai drama 'hantu Bloemfontein'. Padahal skuad Inggris 2006 dan 2010 disebut-sebut bermateri pemain level atas, satu generasi terbaik yang pernah dimiliki Three Lions dan diarsiteki Sven Goran Erickson.

Penampilan terburuk Inggris terjadi pada Piala Dunia Brasil 2014. Steven Gerrard cs yang ditukangi Roy Hodson gagal total. Dua kali kalah dalam dua pertandingan awal, Inggris kalah sehingga Inggris terusir dari Piala Dunia lebih cepat dari tim Inggris mana pun di masa lalu.

****

Tentu bukan sekadar nasib sial saja mengapa Inggris mengalami kegagalan demi kegagalan. Fabio Capello, pelatih senior Italia yang menangani Inggris pada Piala Dunia 2010, mengatakan kepada Gerrad bahwa ia terkejut dengan lemahnya mentalitas tim Inggris. Pemain Inggris dinilainya punya ego yang besar dan bertingkah layaknya anak kecil sepanjang waktu.

Tiap berangkat ke Piala Dunia, Inggris hanya membawa nama besar, tanpa menampilkan sepak bola kelas dunia. Inggris sangat labil dan rentan, tidak mampu melepas tekanan kuat atau terlalu pede. Penampilannya selalu mengecewakan, tidak bergairah, seperti kurang tenaga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline