Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Zulfadli

TERVERIFIKASI

Catatan Ringan

Singa Teranga Senegal Siap Menerkam

Diperbarui: 4 Desember 2022   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: https://www.wowbabel.com/olahraga)

Pelajaran Geografi dan Sejarah di masa sekolah hanya cukup membuat saya mengenal negara Afrika Selatan, Nigeria, Kamerun, atau Zimbabwe.  

Saya tidak pernah tahu di benua Afrika ada negara Senegal, sampai kemudian negara di Afrika bagian Barat yang beribukota Dakar dan berpopulasi sekitar 15 juta jiwa ini menjadi negara peserta Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002.

Senegal mendapat kehormatan menjadi penantang Les Bleus Perancis di pertandinan pembuka Piala Dunia yang digelar pertama kali di luar benua Eropa dan Amerika. Tentu saja Senegal dipandang remeh di Grup A yang menggabungkan Perancis, Uruguay, dan Denmark.

Sejarah telah tertulis, Senegal membungkam dan menjungkirbalikkan semua prediksi pundit, media, dan bursa taruhan dengan menumbangkan Perancis yang saat itu berstatus sebagai juara Piala Dunia 1998 dan juara Piala Eropa 2000. Gol tunggal Papa Diob ke gawang Fabien Barthez telah tercatat sebagai salah kejutan terbesar dalam sejarah pertandingan Piala Dunia. 

'Singa Teranga' julukan Senegal melangkah jauh di Piala Dunia pertamanya, melebihi harapan siapa saja. Setelah lolos dari grup maut, di babak perdelapan final, Senegal berhadapan dengan Swedia yang sukses menyingkirkan unggulan utama turnamen, Argentina. Bertanding solid dan tak kenal lelah, mereka menerkam Viking Blagult 2-1 lewat drama golden goal, setelah tertinggal lebih dulu.

Kemenangan yang menjadikan Senegal menyamai prestasi Kamerun sebagai negara Afrika yang berhasil masuk perempat final Piala Dunia 1990. Senegal disebut oleh jurnalis sebagai tim "ajaib". Pasukan 'Singa Teranga' akhirnya dijinakkan Turki dengan skor tipis 0-1, di Osaka, Jepang, juga melalui gol di masa perpanjangan waktu.

Senegal ketika itu dilatih Bruno Metsu, orang Perancis berpenampilan seperti seniman dengan rambut pirang gondrong. Bruno Metsu membangun tim dan kemudian mengibaratkan pasukannya yang terdiri dari nama-nama  Papa Malik Diop, El Hadji Diouf, Bouba Diop, Henry Camara, dan  tentu sang kapten bengal, Alliou Cisse sebagai Band of Brother. 

Metsu dikabarkan meninggal dunia pada 2013 dan Papa Diob wafat pada 29 November 2020. Namun nama keduanya selalu abadi dalam sepak bola dunia, terutama bagi Senegal, negara koloni Perancis selama tiga abad, yang mereka kalahkan di sepak bola di Piala Dunia. Hari kemenangan bersejarah di Seoul 31 Mei 2002 tersebut disambut gegap gempita. Rakyat Senegal berpesta layaknya merayakan hari kemerdekaan untuk kali kedua.

Aksi Cisse cs di Korea-Jepang menjadi momen besar untuk bangsa Senegal dalam banyak aspek kehidupan, bahwa mereka percaya punya identitas yang bisa dibanggakan dan tak pantas direndahkan. Sepak bola mengajarkan mereka bersatu melawan banyak konflik di tanah Afrika.

Enam belas tahun lalu berlalu, setelah melewatkan tiga Piala Dunia, Senegal kembali datang ke panggung akbar empat tahunan ini. Piala Dunia Russia 2018. Pasukan 'Singa muda Afrika' kali ini dipimpin sang pelatih Alliou Cisse, yang 16 tahun sebelumnya adalah kapten lapangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline