Inilah Piala Dunia pertama di abad-21, pertama kali diselenggarakan di benua Asia dengan dua tuan rumah bersama: Korea Selatan dan Jepang.
Satu hal yang saya sukai Piala Dunia ini adalah dapat menyaksikan pertandingan di siang hari, waktu petang, dan awal malam.
Pertandingan pertama dimulai pukul 12.00 WIB. Jadi kita penduduk Indonesia tak perlu begadang. Sesuatu yang baru, selama ini kita hanya bisa menyaksikan sepak bola kelas dunia pada jauh-malam hingga dinihari karena digelar di Eropa dan Amerika. Sekarang gantian, masyarakat Eropa dan Amerika yang mesti begadang.
Dengan pertandingan berlangsung di tengah jam kerja masyarakat Indonesia, nuansa Piala Dunia Korea-Jepang benar-benar berbeda.
Diberitakan beberapa agenda dan rapat-rapat rutin, baik pemerintah maupun swasta yang sudah terjadwal, mesti ditunda dulu jika berbarengan dengan pertandingan Piala Dunia yang melibatkan negara-negara favorit.
Piala Dunia 2002 juga bertepatan dengan agenda ujian final semester bagi mahasiswa, termasuk saya. Saya mesti mensiasati bagaimana cara tetap bisa menghadapi ujian dengan baik tanpa terlewatkan laga-laga Piala Dunia.
Beberapa waktu saya menyaksikan di kampus bersama civitas akademik penggemar bal-balan. Mahasiswa, dosen, staf, pimpinan, hingga petugas keamanan kampus, semuanya riuh dalam pesta sepak bola, walaupun bukan mendukung timnas Indonesia.
Kembali ke turnamen, momen apa yang paling dikenang di perhelatan Piala Dunia 2002?
Menurut saya pribadi, sebenarnya secara kualitas, Piala Dunia 2002 tak sebagus Piala Dunia 1998. Sejumlah pertandingan berlangsung tanpa intensitas tinggi penuh ketegangan, jauh dari ekspektasi, terutama babak penyisihan.
Banyak pemain papan atas tidak tampil maksimal karena fisiknya sudah terkuras di kompetisi domestik dan juga Liga Champions (waktu itu format Liga Champions menggunakan dua tahap fase grup sebelum fase knock out-perempat final).