Rupanya sudah seperempat abad drama sepak bola yang terkenal itu.
Sejak dipastikan Jerman bakal berhadapan dengan Inggris pada babak- 16 besar Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley, pada Selasa 29 Juni 2021, pikiran saya mengerucut pada sosok Gareth Southgate, manager Inggris.
Setiap berbicara Southgate, bagi saya, waktu seolah terlipat kembali menuju 25 tahun lalu. Yes, turnamen Piala Eropa 1996, yang berlangsung di Inggris merupakan sedikit turnamen sepak bola yang saya ingat detail momen-momen terbaiknya.
Satu paling melekat tentu saja perjalanan dan ambisi tim Inggris menjuarai Piala Eropa untuk pertama kali. Tim 'Tiga Singa" dilatih Terry Venables dengan skuad mentereng: David Seaman, Tony Adams, Stuart Pearce, duo Paul (Ince dan Gascoigne), dan duet predator yang terkenal dengan "SAS" (Alan Shearer dan Teddy Sheringham). Southgate barangkali anggota tim termuda kala itu, usia 25.
Inggris bermain spektakuler dengan kemenangan meyakinkan atas Skotlandia 2-0, dan membantai Belanda 4-1. Kemenangan fantastis dengan menampilkan permainan gaya khas Inggris yang kondang dengan "Kick and Rush". Gol demi gol yang diceploskan ke gawang Skotlandia dan Belanda sungguh berkelas, lahir dari kerja sama apik dari semua lini.
Gol spektakuler Paul Gascoigne ke gawang Andy Goram paling fenomenal, bahkan hingga sekarang masih sering diputar. Gol tersebut tercipta bermula dari tendangan gawang David Seaman jauh ke tengah lapangan. Bola kemudian disambut Steve Mc Manaman, yang kemudian dengan sekali kontrol, menyodorkan ke Darren Anderton, di sisi kiri.
Anderton tanpa kontrol melepas umpan melambung ke kotak penalti Skotlandia, Gazza yang dituju, dengan insting tepat, menggunakan kaki kiri, bola dicip untuk mengelabui bek Colin Hendry. Hendry tak menyangka bola melewati wajah dan kepalanya, membuatnya hilang keseimbangan. Di saat bersamaan Gazza melepaskan tembakan voli kaki kanan akurat yang tak mampu dihadang Andy Goram!!
Publik Inggris terus bernyanyi, bersuka cita dan berpesta. Skuad, suporter, media, merasa sangat yakin inilah saatnya mereka juara setelah 30 tahun lamanya menunggu. Football's coming home.
****
Drama itu terjadi di babak semifinal melawan musuh besar, Jerman. Di stadion klasik Wembley, duel yang mengulang memori final Piala Dunia 1966, saat Inggris pertama kali sekaligus terakhir kali menjadi juara dunia sepak bola. Laga ini juga mengulang semifinal Piala Dunia 1990, di mana Inggris bercucuran air mata setelah gagal lewat adu penalti di Turin.
Sindhunata dalam buku Air Mata Bola mendeskripsikan laga Inggris versus Jerman, sebagai malam yang sarat beban bagi pemain Inggris, mereka harus melakukan revans terhadap Jerman, sekaligus memulihkan kembali kejayaan Inggris di masa lalu. Tiga puluh tahun lamanya hidup tanpa gelar apa-apa sungguh membuat Inggris menderita.