Kita diberi kehormatan untuk hidup dalam salah satu era terpenting dalam sejarah umat manusia.
Menjelajah adalah sifat kita. Kita memulai sebagai pengembara, dan sekarang pun kita masih pengembara. Jalan mana pun yang kita pilih, takdir kita selamanya terikat dengan sains.
Penting bagi kita memahami sains karena ini adalah perkara bertahan hidup. Kita menempati planet (bumi) yang mengalami perubahan, sehingga kita mencoba memahami perubahan itu. Kita juga tinggal di planet yang dapat diprediksi, tempat segalanya berubah secara teratur, memiliki pola, yang sering kita sebut hukum alam, sehingga kita terus berupaya memahaminya. Karena dengan begitu itu sains perlu ada.
Sains merupakan proses yang terus berlangsung, tidak ada satu kebenaran pamungkas diraih, yang setelahnya semua ilmuwan berhenti bekerja. Menepis ambiguitas yang penting bagi sains.
Buku Kosmos yang ditulis Carl Sagan sejak 1980 ini mengajak pembacanya dengan penuh harapan dalam mengkomunikasikan gagasan, metode, dan kegembiraan dalam sains. Sagan, pemenang penghargaan Pulitzer adalah ahli astronomi, penuh ambisi dan pengetahuan. Mengajak kita bersenang-senang untuk menyingkap rahasia langit, keanekaragaman fenomena alam yang sungguh luar biasa, sehingga akal manusia tidak akan pernah kekurangan nutrisi segar.
Menurut Sagan, Pythagoras, intelektual dan spiritual pada abad ke-6 SM yang pertama menggunakan kata Kosmos untuk menggambarkan alam semesta yang sangat teratur dan selaras, dunia yang bisa dipahami manusia. Pythagoras menggunakan metode yang sangat berbeda yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa hukum alam dapat disimpulkan melalui pemikiran semata, yakni argumentasi matematika.
Sagan yang wafat pada 20 Desember 1996, selalu menasihati bahwa bumi sangatlah kecil dan rapuh, yang perlu dilindungi dan disayangi. Kosmos sangat kaya, jumlah total bintang di alam semesta jauh lebih banyak daripada seluruh butiran pasir di semua pantai di planet Bumi. Yang kita lihat pada malam hari hanyalah segelintir bintang-bintang terdekat.
Sagan menguraikan 14 miliar tahun evolusi kosmik melalui peristiwa-peristiwa alam dengan akurat. Bagaimana kehidupan berevolusi untuk menghasilkan makhluk yang serinci dan serumit kita serta mampu mendalami misteri asal usul kita?
Evolusi adalah fakta, bukan teori. Kalau seleksi buatan bisa mengakibatkan perubahan besar dalam waktu singkat, bagaimana dengan seleksi alam yang berlangsung selama miliaran tahun? Jawabannya adalah segala keindahan dan keanekaragaman hayati.
Sejak awal manusia berevelosi, dan kini manusia menjadi faktor baru dan mungkin faktor penentu. Kecerdasan dan teknologi telah memberi kekuatan untuk memengaruhi iklim. Seks, contohnya, tampaknya baru ditemukan sekitar dua miliar tahun lalu. Berkat penemuan seks, dua organisme dapat saling bertukar seluruh paragraf, halaman, dan buku kode DNA, dan menghasilkan varietas baru yang siap diseleksi (hlm. 32).
Sagan menulis dengan indah, gaya puitis dan cakupannya menyentuh hampir semua aspek pengetahuan manusia. Sangat luwes dan cemerlang mencampurkan sains, filsafat, dan fenomena masyarakat modern dari aspek politik, ekonomi, dan budaya dengan cara yang memesona, sehingga enak dibaca dan penuh imajinasi.