Bertanding di laga semifinal Piala Dunia bagi negara Belgia merupakan barang istimewa. Luar biasanya lagi untuk melangkah sejauh itu, Die Roten-Julukan Belgia, menyingkirkan Brasil, negara kampiun turnamen lima kali dan favorit terkuat di Rusia 2018. Pembalasan sempurna Belgia atas kekalahan dari Brasil 16 tahun silam.
Pada perhelatan Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang, langkah Begia terhenti di babak 16 besar oleh kaki-kaki indah seniman bola tim Samba dengan skor 0-2, lewat sepasang gol Ronaldo da Lima dan Rivaldo.
Di laga tersebut, Belgia yang diperkuat Marc Wilmost sama sekali tak berkutik, tak mampu sekadar memberikan ancaman serius, dan itu bisa dimaklumi melihat materi pemain yang pas-pasan. Saya masih ingat, pertandingan itu tak ubahnya dijadikan laga konsolidasi Brasil untuk semakin padu, yang pada akhirnya menjadi kampiun penta.
Sejak itu, lebih sepuluh tahun Belgia mengalami masa-masa suram sepak bola. Dua Piala Dunia (Germany 2006 dan Afsel 2010) serta tiga Piala Eropa (Portugal 2004, Swiss-Austria 2008, dan Polandia-Ukraina 2012), "Setan Merah" harus absen karena tereleminasi di kualifikasi.
Mereka semakin dianggap tim kelas dua di Benua Eropa. Jangankan mengejar ketertinggalan pada dua negara tetangga, Belanda dan Jerman, Belgia juga telah terlewati negara-negara medioker seperti Swedia, Kroasia, Denmark, bahkan Ukraina dan pecahan negara Uni Soviet lainnya.
Padahal negara bentuk Monarki ini pernah sangat disegani pada era 1980-an. Sejarah mencatat Belgia adalah runner-up Euro 1980, dan semifinalis Piala Dunia 1986, sebelum dikandaskan oleh Argentina dengan mega bintang Maradona yang menggemparkan dunia ketika itu.
Belgia dulu dikenal sebagai tim militan yang sulit ditaklukkan. Padahal materi pemain yang rata-rata, hanya bermain di Liga Belgia, dimana klub negara tersebut tidak berprestasi di tingkat internasional. Tapi selalu berhasil membentuk tim tangguh dimana pemain saling mengisi kelemahan, sehingga mereka jadi padu.
Terkenal tangguh, ulet, tekun, dan sederhana. Jean Marie Plaff, Jan Ceulemans, Eric Gerets, Phillpe Albert, Enzo Scifo, Michel Preud Home' adalah deretan legenda yang menjadikan Belgia selalu bisa menjadi kuda hitam yang siap menjegal kesebelasan unggulan di ajang Piala Dunia maupun Piala Eropa.
Memasuki awal 2010-an, sepak bola Belgia mulai bergeliat lagi, bahkan jauh lebih berkembang daripada sebelumnya. Negara beribukota Brussels dengan populasi hampir 11 juta jiwa, secara meyakinkan lolos ke Piala Dunia Brasil 2014.
Belgia sedang memanen talenta-talenta sepak bola. Materi pemain Belgia sangat mumpuni. Formasi pertahanan dihuni bek-bek kelas wahid yang beredar di Eropa : Vincent Kompany (Manchester City), Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld (Tottenham Hotspurs).
Lini tengah beredar darah-darah segar pesepak bola muda Belgia yang sedang di puncak prestasi. Ada Marouane Feallaini (Manchester United), Kevin de Bruyne (Manchester City), Nacer Chadli (WBA) dan bintang terang paling dinanti aksinya, Eden Hazzard yang kini bermain untuk The Blues Chelsea. Untuk posii striker, Belgia punya dua predator, Romeru Lukaku (MU) dan Dries Merten, yang sangat tajam di depan gawang lawan.