Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Zulfadli

TERVERIFIKASI

Catatan Ringan

Piala Dunia 1994, Escobar Hanya Berusaha namun Mafia yang Menentukan

Diperbarui: 12 Juni 2018   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

theguardian.co.uk

Dalam hitungan hari ke depanPiala Dunia 2018 di Rusia akan bergulir. Sebagai penggemar bola, inilah Piala Dunia ke-7 yang sanggup membuat saya dilanda euforia. Terserang demam sepak bola sepanjang sebulan penuh.

Segalanya bermula tahun 1994. Belum hilang memori 24 tahun lalu, ketika saya beranjak remaja 13 tahun. Di usia semuda itu saya sudah merasakan atmosfer hebat sekaliber pergelaran Piala Dunia.

Masa itu saya belum tahu negara seperti Brasil, Jerman, atau Italia yang merupakan raksasa sepak bola dengan tiga kali kampiun dunianya.

Sebaliknya, saya justru mengira negara Amerika Serikat (AS) selaku tuan rumah sebagai favorit juara. Yang juga hebat di pikiran saya adalah Argentina dengan mega bintang Diego Maradona, dan Belanda yang diperkuat trio andalan mereka.

Juara turnamen itu akhirnya berhasil diraih Brasil, setelah memenangkan final melawan Italia lewat drama adu penalti pertama sepanjang final Piala Dunia. Tentu kita ingat tragedi 'Si Kuncir Kuda' pada momen itu.

Saya pun masih ingat beberapa jam setelah Dunga dkk. mengangat trofi berlapis emas, saya dan teman-teman di SMP Negeri 6 Ujungpandang (Makasar) telah berbaris rapi mengikuti upacara bendera, bertepatan dengan hari pertama sekolah tahun ajaran baru 1994/1995. Saya remaja kelas II SMP ketika itu.

Hingga sekarang, setidaknya ada tiga momen yang paling membekas dari Piala Dunia 1994 silam itu.

Pertama, kisah Brasil yang berjuluk Samba atau Jogo Bonito, menjadi kampiun ke-4. Kedua, skandal doping "si boncel" Maradona di penghujung kariernya. Dan, ketiga, adalah tragedi gol bunuh diri bek Kolombia, Andreas Escobar, saat bertanding melawan tuan rumah, AS --yang berujung kematian dirinya akibat diberondong selusin peluru oleh bandit kartel narkoba di sebuah klab malam di Kolombia.

Saya memilih pembantaian Escobar yang paling mencengangkan dari ketiga momen di atas. Kejahatan itu sangat mengguncang batin kita semua.

Ketika pertama kali mendapat berita buruk tersebut di sela-sela pertandingan lanjutan Piala Dunia, saya tertegun seakan tak percaya, bahwa satu kesalahan atau blunder yang mengakibatkan kekalahan dalam permainan, harus diganjar dengan nyawa.

Sepak bola berduka dan seluruh dunia mengutuk perbuatan biadab tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline