Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Zulfadli

TERVERIFIKASI

Catatan Ringan

Jusuf Kalla, Orang Bugis Pintar, Saleh, dan Kaya

Diperbarui: 21 September 2019   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14041026101992813816

[/caption]

Christian Pelras, antropolog Perancis yang hampir setengah abad mengkaji berbagai aspek kemasyarakatan, sejarah, dan kebudayaan Bugis, menulis dalam bukunya Manusia Bugis, bahwa ada empat sifat keutamaan yang harus dimiliki oleh pemimpin yang baik: warani (berani), macca (pandai-pintar), sugi’ (kaya), dan panrita (saleh). Keempat sifat mulia ini semata-semata untuk menegakkan siri’ (rasa bangga dan malu) yang menjadi nilai paling berharga bagi orang Bugis dan Makassar.

Kemudian di akhir buku tersebut, Pelras menuliskan sosok Jusuf Kalla, seorang Bugis yang prototipe to-acca, to-panrita, dan to sugi’. Entah alasan apa Pelras tak mengkategorikan JK seorang to-warani.

****

To-acca secara harfiah berarti ‘orang pintar’, dapat juga diartikan sebagai seseorang yang “ahli” atau “cerdik”. Sama halnya dengan konsep keberanian (to-warani) dalam cerita-cerita Bugis. Konsep kepintaran, kecerdikan, dan keahlian, juga bersisi ganda. Sebagaimana keberanian, kepandaian dapat digunakan untuk kebaikan bersama, dan dapat pula dijadikan sebagai alat melakukan berbagai kejahatan. Orang pintar tanpa moral, pasti akan sangat berbahaya, begitu kira-kira.

Menyematkan karakter to-acca pada sosok JK, sekiranya memang tepat. JK telah disiapkan ayahnya, Hadji Kalla (penulisan huruf ‘D’ dalam kata ‘Haji’), untuk menjadi seorang ustas atau kiai. Oleh sebab itu, sesudah JK menamatkan pendidikannya di SMA, dia disekolahkan di Pendidikan Islam Datu Museng. Namun Jusuf muda berkehendak lain, ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai pengusaha. Ia pun kuliah di Fakultas Ekonomi Unhas.

Pada 1968, JK telah bergelar sarjana ekonomi. Di dunia kampus ia adalah Ketua Senat FE Unhas, Ketua HMI Makassar, dan juga Ketua KAMI Sulsel. Pada 1976-1977, JK pergi ke Fontainebleau, Perancis, untuk memperdalam ilmu di bidang administrasi di European Institute of Business Administration. Gelar Doctor (HC) sudah diberikan puluhan Universitas dalam dan luar negeri. Mungkin deretan gelar inilah kemudian JK layak disebut dengan to-acca, yang berarti ‘pintar’.

Selain ‘pintar’, JK juga Bugis yang ‘cerdik’ atau ‘panjang akal’. Jusuf sudah tertarik pada dunia politik sejak muda. Kepiawaiannya sebagai pengusaha adalah jalan mulus yang membawanya terjun ke politik. Sejak t1971, sudah bergabung dengan Partai Golkar, karir legislatif diduduki hingga 1999. Kemudian diangkat menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam Kabinet Persatuan Nasional, jabatan yang hanya ditempati selama enam bulan saja, atas tuduhan KKN yang ternyata sama sekali tidak terbukti.

Kembali masuk kabinet Presiden Megawati sebagai Menko Kesra. Sebagai politisi, JK juga dikenal tidak hanya bisa berkomunikasi dengan teman-teman separtainya, ia bisa diterima di berbagai kelompok kepentingan. Orang tak lupa perannya mendamaikan Poso, Ambon, dan Aceh.

Karir politiknya makin mentereng ketika JK mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden, mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan terpilih pada pilpres pertama yang diselenggarakan secara langsung. Kemudian JK terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Pada perhelatan politik 2009, Jusuf Kalla sebenarnya sudah berhitung untuk bermain aman, untuk kembali menjadi Wakil Yudhoyono. Namun banyaknya benturan kepentingan politik saat itu, mewajibkan dia ‘terpaksa’ maju menjadi Calon Presiden. Seperti kalkulasinya sebagai saudagar, hasilnya ia tumbang dengan telak di pemilihan.

Lima tahun berlalu, JK ternyata masih masuk dalam bursa pemilihan Presiden. Merasa tak punya sokongan partai untuk mencalonkan, JK dan timnya dari beberapa penjuru, giat melobi Megawati agar dipasangkan sebagai wakil dari Jokowi. Konon JK tak berminat menjadi Calon Presiden, apalagi Calon Wakil Presiden, selain berpasangan dengan Jokowi. Kalkulasi dan insting politiknya kembali diuji. So Jusuf Kalla to-acca yang berkonotasi cerdik, tak salah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline