Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Kota Lumajang

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lumajang - Candi yang berada di tepi Alun-alun Lumajang sebelah utara, bangunan tersebut mirip candi, berlubang tembus, terdapat CANDRA SENGKALA yang berbunyi "TRUSING NGASTA MUKA PRAJA" (TRUS=9,NGASTA=2,MUKA=9,PRAJA=1). Bangunan ini merupakan penanda yang ditujukan untuk mengenang peristwa bersejarah, yaitu pada tahun 1929.

Lumajang dinaikan statusnya menjadi REGENTSCAH otonom per 1 Januari 1929 sesuai Statblat Nomer 319, 9 Agustus 1928. Regentnya RT KERTO ADIREJO, eks Patih Afdeling Lumajang (sebelum Lumajang masuk wilayah administratif kepatihan atau pemerintahan Kabupaten Probolinggo).

Pada masa perjuangan untuk merebut kemerdekaan tahun 1942-1949, Lumajang di jadikan sebagai basis perjuangan TNI dengan didukung rakyat.

Nama-nama pejuang seperti Kapten Kyai Ilyas, Kapten Suwandak, Sukeriyo, dan lain-lain yang gugur maupun tidak yang di kenal maupun tidak di kenal, mereka adalah para kusuma bangsa dengan meneruskan perjuangan para pahlawan ksuma bangsa dengan bekerja tulus, jujur, amanah, dan berkorban demi kemajuan Lumajang.

Mengigat keberadaan Negara Lumajang sudah cukup meyakinkan bahwa tahun 1255M, Lumajang merupakan sebuah Negara berpenduduk mempunyai wilayah, mempunyai raja (Pemimpin) dan pemerintahan yang teratur, maka pada tahun 1255 M pada tanggal 15 Desember merupakan hari jadi Lumajang.

Sejak tahun 1928 Pemerintahan Belanda menyerahkan segala urusan dan Pemerintahan kepada Bupati Lumajang pertama KRT Kertodirejo yang di tandai dengan monumen atau tugu yang terletak di pintu gerbang Alun-alun sebelah utara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline