Trevor Noah: Born a Crime.
Trevor Noah. Nama seseorang.
Born a Crime - terlahir sebagai kriminal.
Judul yang aneh, bukan?
Perjumpaan saya dengan autobiografi ini terjadi dalam ruang facebook di awal mula pandemi. Buku ini beberapa kali muncul di ruang konten grup Women Reading Great Books.
Rasa cuek saya berubah menjadi rasa penasaran.
Segera saya mencarinya. Membelinya dimana, saya sudah lupa.
Setelahnya mengalir begitu saja buku ini menjadi santapan setiap hari. Anak-anak saya, ketika itu usia mereka 8 dan 10 tahun, ikut menikmati. Menjelang tidur, kadang saya menceritakan beberapa bagiannya yang menurut saya perlu dan menarik untuk mereka tahu.
Buku ini mengisahkan pengalaman hidup Trevor Noah di masa penerapan sistem apartheid di Afrika Selatan. Tahun 1984 pemuda ini lahir. Ibunya seorang pribumi kulit hitam. Ayahnya kulit putih asal Switzerland. Di bawah hukum apartheid, hubungan lelaki dan wanita yang berbeda warna kulit – bukan saja terlarang, tetapi juga terhitung kriminalitas.
Trevor menarasikan kesehariannya - dari kacamata seorang anak-anak. Tentang bagaimana apartheid menelusuk masuk ke sendi-sendi kehidupannya. Bagaimana ia tidak bisa bermain bebas di luar karena warna kulitnya campuran hitam dan putih, bagaimana neneknya tidak berani mendisiplinkannya karena ada darah kulit putih pada cucunya, juga soal kebingungannya sebagai remaja saat berusaha membangun jati dirinya. Grup kulit hitam maupun grup kulit putih di sekolah mengganggapnya tidak murni berdarah putih atau hitam.