Lihat ke Halaman Asli

Dialektika dalam Sebongkah Batu

Diperbarui: 23 September 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sepertinya hany sekedar sebongkah batu di jalan, tapi sebenarnya mencerminkan dialektika dan tarik menarik kepentingan dalam kehidupan, yang sesungguhnya dapat memberi pembelajaran, bahwa hidup ini memang keras dan berat. Selalu ada pertentangan, pertempuran ide dan kekuasaan, dan mereka yang paling kuat, ulet dan konsisten yang mungkin nantinya akan keluar sebagai pemenang.

Sebongkah batu itu kutemui di jalan, di sebuah ruas jalan kampung tempat aku sering melewatinya sehabis mengantar Zahra ke sekolah. Perjalanan pagi ke kantor selalu melewati ruas jalan itu, demikian juga sore hari ketika aku menjemputnya untuk mengikuti les di dekat kantorku. Batu itu tergeletak pada sebuah polisi tidur yang banyak terdapat di sepanjang jalan itu. Polisi tidur itu sepertinya tidak dibuat dengan sempurna, sehingga ada bagian yang kosong dan tidak terisi. Mungkin bagian ini sempit saja, sekitar 50 cm, namun cukup bagi sebagian besar pengendara buat memilihnya sebagai tempat favorit untuk melewatinya. Ya, karena hal itu berarti mereka dapat lewat tanpa merasa terganggu dengan goncangan yang mengurangi rasa nyaman dalam berkendara. Maka, sebagian besar pengendara akhirnya memilih bagian itu untuk lewat, seringkali dengan tanpa mengurangi kecepatan. Padahal bagian itu berada pada tepi jalan, yang di dekatnya terdapat rumah penduduk yang difungsikan sebagai warung. Mungkin karena merasa terganggu, maka ada orang, kemungkinan si pemilik rumah, yang kemudian memasang batu sebagai penghalang bagian polisi tidur yang hilang itu. Begini tampilannya.

Sore hari posisi batu tersebut seringkali sudah berubah mungkin karena ulah orang-orang yang merasa terganggu kenyamanannya, sehingga batu mulai bergeser atau bahkan berkurang keberadaannya.

Seiring berjalannya waktu, kondisi di atas dapat berubah lagi, hingga benar-benar hilang, seperti tampilan berikut:

Dapat dilihat bahwa batu itu sudah menghilang, yang ternyata dibuang ke selokan, seperti tampilan berikut:

Kondisi ini akan berubah lagi, ketika si pemasang batu merasa terganggu dan kembali memasang batu itu ke tempat semula, dan kondisi akan kembali seperti kondisi pertama. Demikian seterusnya.

Apa yang bisa dipetik dari fenomena sederhana ini? Menurut saya ada beberapa hal, yang mungkin bukan hanya berlaku bagi orang lain, namun juga sebagai pengingat bagi diri sendiri:

Pertama, sebagian dari kita adalah orang-orang yang mau enaknya saja, misalnya malas melewati polisi tidur yang dipasang di jalanan, karena memang tidak nyaman dan mengurangi kecepatan. Seandainya ada cara yang paling enak dan paling mudah untuk dijalani, maka itu yang akan dipilih, walaupun mungkin itu berarti melanggar peraturan. Banyak contoh lain dapat dilihat dalam kehidupan, misalnya di lampu merah, orang-orang cenderung mencari posisi yang paling enak, tak peduli dia telah menutupi hak orang lain yang harus belok kiri langsung misalnya, atau juga menutupi hak orang lain dari arah berlawanan. Pemahaman mengenai perlunya mengikuti aturan demi kepentingan bersama mungkin merupakan hal yang perlu ditekankan pada masyarakat kita.

Kedua, kita sebenarnya masyarakat yang gigih mempertahankan ide dan pendapat yang dinilai benar. Dapat dilihat bagaimana orang-orang yang berada pada posisi yang berbeda itu memiliki energi yang cukup besar untuk tetap menjalankan apa yang dinilainya benar sesuai kepentingannya. Si pemasang batu merasa tetap perlu memasang batu, karena mengganggu kenyamanan dan keamanan diri dan keluarganya, sementara si penyingkir batu melihat batu itu sebagai penghalang dirinya untuk lebih nikmat dan nyaman dalam berkendara.

Dua sisi kepentingan yang memang akan selalu tarik menarik dan berdialektika menemukan sisi penyeimbangnya. Kalau tidak ada intervensi lain, misalnya pembuatan polisi tidur baru, dialektika 'pasang - singkirkan' ini mungkin akan terjadi sampai akhir jaman (berlebihan ya hehehe).

Sungguh, dari sebongkah batu itu sebenarnya kita dapat menarik banyak pelajaran tentang bagaimana menjalani hidup. Selalu tidak ada yang mudah untuk menjalankan ide yang kita yakini benar, pasti ada pertentangan, perbedaan pendapat, salah paham, yang mungkin dapat berujung silang sengketa dan carut marut. Toh begitu, di tengah tarik menarik kepentingan yang tak kunjung usai itu, aku masih bersyukur bahwa tak ada korban apapun yang terjadi. Semoga apapun yang terjadi, akan dapat menjadi pelajaran bagi siapapun untuk tumbuh dan lebih dewasa, seperti juga hiruk pikuk yang sedang memanas di Kompasiana ini. Semoga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline