Lihat ke Halaman Asli

Menelusuri Kembali Karya Magis Ebiet G Ade

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejenak kita rehat dari hiruk pikuk kegiatan, dan menelusuri kenangan akan karya-karya seorang musisi yang menurut saya memiliki daya magis luar biasa. Dialah Ebiet G Ade, salah satu musisi yang mengiringi saya bertumbuh. Perkenalan dengan lagu-lagu Ebiet saya awali pada awal dekade 80an, dengan lagu-lagu yang sebenarnya belum sepenuhnya saya mengerti artinya, selain dari beberapa potong syair lagu yang banyak dibawakan oleh kawan-kawan bermain, seperti: 'tetapi semua diam, tetapi semua bisu', atau 'coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang', yang seolah sudah menjadi kosa kata wajib untuk dinyanyikan pada saat itu. Lagu-lagu itu tanpa sadar seolah menjadi latar bermain ketika saya kecil, yang ternyata tetap terkenang hingga kini.

Perkenalan berikutnya adalah ketika SMA, ketika saya ikut menumpang di rumah Om agar lebih dekat ke sekolah yang dari rumah sekitar 15 km itu. Lumayanlah untuk menyingkat waktu ke sekolah yang saat itu saya jalani dengan kendaraan umum, dan kemudian motor. Walau tidak terlalu lama di rumah Om, tapi saya berkesempatan mendengarkan beragam koleksi lagu-lagunya, yang saat itu masih direkam dalam bentuk pita kaset. Album-album Ebiet saya lihat adalah yang terkomplit diantara berbagai lagu penyanyi lainnya. Ada dalam koleksi tersebut album-album Camelia yang berseri itu, album-album yang mungkin memang merupakan magnum opus seorang Ebiet G Ade sebagai seorang penyanyi.

Biasanya, lagu-lagu Ebiet saya putar sambil belajar, atau sekedar tiduran di kamar. Entah mengapa, selalu ada nuansa magis yang dirasakan dari lagu-lagunya. Mungkin karena lagu-lagu tersebut berasal dari pengalaman pribadi penciptanya yang memberikan impresi mendalam dan kemudian dinyanyikan dengan sepenuh hati dengan suaranya yang khas itu, sehingga pendengarnya akan merasa ikut terhanyut. Beberapa lagu terbaik dari Ebiet menurut saya adalah Berita Kepada Kawan, Titip Rindu Buat Ayah, Elegi Esok Pagi, Nyanyian Rindu, Untuk Kita Renungkan dan Camelia 1.

Selain itu, ada satu lagu yang entah mengapa begitu suka saya nyanyikan, mungkin karena syairnya yang cukup mengharu biru sebagai seorang remaja SMA waktu itu. Lagu itu adalah Seberkas Cinta yang Sirna. Ada beberapa potong syair lagu itu yang begitu suka saya ulang-ulang, yang bunyinya antar lain: 'kau gores luka baru, di atas luka lama, coba bayangkan betapa sakitnya... ternyata mengagungkan cinta, harus ditebus dengan duka lara, tetapi akan tetap kuhayati, pedih sakit hati ini, telah kusempurnakan kekejamanmu...'. Hehehe, lagu yang cukup sendu, namun bukan berarti bercerita tentang pengalaman pribadi sehingga saya suka. Dalem dan agak berbeda dengan syair cinta penyanyi lain, itu saja alasannya :)

Setelah era itu, Ebiet juga masih menghasilkan album walau tidak seproduktif penyanyi lain. Beberapa album yang saya ingat adalah album akhir tahun 80an, dengan lagunya yang terkenal diantaranya Menjaring Matahari dan Cintaku Kandas di Rerumputan. Kemudian pada akhir era 90-an ketika saya menulis skripsi, seperinya beliau juga mengeluarkan album, dengan lagu yang saya ingat adalah 'Apakah Ada Bedanya'. Kemudian pada era 2000-an kalau tidak salah Ebiet masih melahirkan album, dengan lagu-lagu yang saya ingat seperti Kupu-kupu Kertas dan Aku Ingin Pulang. Tema lagu-lagu tersebut terasa berbeda dengan lagu-lagu jaman dahulu yang masih kental dengan nuansa romantisme dan cinta. Lagu-lagu pada era belakangan ini lebih bertema cinta kasih yang universal. Namun yang tidak membedakan adalah, lagu-lagu tersebut tetap dalam dan memberikan kesan magis bila didengarkan, tentu menurut pendengaran saya :)

Demikianlah, sepertinya lagu-lagu Ebiet G Ade akan tetap menjadi kenangan yang tak pernah hilang, yang secara tidak sadar sepertinya telah menjadi latar dan penanda perjalanan hidup saya. Terus berkarya Bung Ebiet G Ade, terus ditunggu karya-karya magis selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline