Lihat ke Halaman Asli

Fadly dan Bendera

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Yang cewek jangan lirik-lirik temannya! Konsentrasi!! Yang cowok jangan ngelamun!”

Saya sering mendengar dia berteriak seperti itu saat mengawasi anak-anak Paskib latihan. Kalau cowok jangkung berkulit coklat itu sudah mulai teriak, anak-anak yang tadinya tidak serius berlatih dan ketawa-ketawa akan langsung diam. Tidak bisa disangkal kalau dia punya kharisma yang tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi dari karisma saya yang seorang guru ini.

Namanya Fadly. Karena saya melihat karisma dan bakat kepemimpinannya yang besar, saya menetapkan dia sebagai wakil ketua paskib saat dia masih duduk di kelas 1 SMA. Keputusan saya sempat ditentang oleh beberapa anak kelas 2 dan kelas 3, tapi setelah mereka mellihat sendiri kemampuan Fadly, mereka setuju dengan keputusan saya.

Fadly anak yang cukup populer di sekolah. Tidak, dia tidak tampan. Otaknya juga tidak seencer Mutia, murid saya yang sering menggondol penghargaan di berbagai perlombaan MIPA. Dia populer karena kepribadiannya. Fadly bisa menjadi seperti badut kelas yang selalu membuat murid-murid –termasuk guru yang mengajar- terbahak-bahak mendengar gurauannya. Tapi dia juga bisa menjadi super disiplin saat latihan paskib.

”Dly, kamu sepertinya suka sekali dengan paskib. Kenapa?” tanya saya suatu waktu di sela-sela latihan paskib untuk tujuh-belasan.

“Ngg.. Kenapa ya, Pak? Mungkin karena di paskib saya bisa belajar disiplin”, jawab Fadly seraya menyeka keringat yang mengalir di wajahnya.

Saya mengangguk-angguk kecil mendengar jawabannya. Saya akui, sejak masuk paskib Fadly memang jadi lebih disiplin dan menaati peraturan sekolah daripada dulu. Yah walaupun terkadang dia masih sering mengeluarkan baju seragamnya sih.

“Selain itu, saya ingin menjadi anggota paskibraka Pak” gumam Fadly.

“Kenapa?”

“Awalnya itu keinginan mendiang bunda, Pak. Dulu saya sempat menolak, tapi lama-lama saya malah jadi ingin mengibarkan bendera pusaka”

“Oh.. Memangnya kenapa?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline