Lihat ke Halaman Asli

Penggunaan Istilah Mengabaikan Kaum Minoritas

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penggunaan istilah dan singkatan seringkali dilakukan untuk mempermudah seseorang untuk mengingat suatu obyek, ataupun seringkali digunakan dalam penulisan. Bahasa Indonesia sendiri tidak melarang penggunaan singkatan dan istilah dalam kaedah-kaedah penulisan, pengucapan, pelafalan, dan lain-lain baik dalam kaedah ilmiah maupun kehidupan sehari-hari.

Jika kita mengikuti perkembangan berita yang sedang hangat ditanah air, tentunya sudah tidak asing lagi bagi mata kita membaca atau telinga kita mendengar istilah dan singkatan baru dalam penulisan dan pemberitaan di media massa saat ini. Salah satu singkatan baru yang lagi 'nge-tren' saat ini adalah kata MARKUS, singkatan untuk kata MAkelaR KasUS (hurup besar dan 'bold' diambil untuk membentuk kata singkatan tersebut).

Kata MARKUS sendiri merupakan kata yang sering dipakai untuk sebagai nama seseorang. Saat ini, kata tersebut sudah mengalami penyimpangan arti (konotasi) yang berarah negatif, terutama bagi masyarakat Indonesia saat ini. Penyimpangan arti atau makna ke arah negatif ini tentunya terjadi karena penggunaan kata markus tersebut untuk menyingkat kata makelar kasus  yang memiliki arti negatif.

Hal ini tentunya berpengaruh bagi sebagai masyarakat Indonesia yang majemuk, terutama kalangan tertentu yang termasuk minoritas di negri ini. Kalangan yang saya maksud adalah kelompok masyarakat Kristen di Indonesia. Bagi umat Kristen, kata Markus memiliki arti tersendiri yang bernilai kudus dan baik. Selain itu kata Markus, yang sering digunakan sebagai nama orang, merujuk kepada salah satu pribadi yang menjadi murid dan pengikut Yesus, yang kemudian menjadi salah satu tokoh penting dalam penyebaran ajaran Kristiani di dunia. Selain itu kata Markus juga merujuk kepada salah satu buku Injil dalam Alkitab (kitab suci umat Kristen) yang terdiri dari Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Keempat buku Injil tersebut adalah buku-buku utama dalam kumpulan kitab-kitab Perjanjian Baru, dan kita Markus merupakan salah satu yang cukup penting karena memiliki keunikan tersendiri.

Jika kita merujuk berbagai istilah dan singkatan yang seringkali dipakai di media massa, dan kemudian menjadi istilah ataupun singkatan umum yang digunakan dalam Bahasa Indonesia, sering kali istilah dan singkatan-singkata tersebut mengabaikan hati dan perasaan kaum minoritas di negri kita. Contoh lain dapat saya sebutkan kata petrus, yang digunakan sebagai singkatan dari PEnembak misTeRUS, merupakan satu singkatan yang cukup populer di kalangan masyarakat pada era 80-90an. Kata ini mengalami konotasi negatif pada masa itu, padahal kata Petrus bagi umat Kristen merujuk kepada tokoh Rasul Petrus (juga salah satu murid dan pengikut Yesus) yang memiliki arti yang cukup besar dan kuat karena kegigihannya dalam penyebaran ajaran Kristus hingga ke Roma, bahkan rela mati disalib untuk keyakinannya dan bukan seorang tokoh pembunuh dan penembak misterius.

Dari dua contoh kata diatas, terlihat bahwa seringkali penggunaan kata istilah dan singkatan mengabaikan hati nurani kaum minoritas. Hal ini diperparah dengan semakin intensifnya penggunaan kata-kata tersebut oleh media massa, baik audio visual maupun media cetak.

Untuk itu saya hendak menghimbau media massa umumnya, dan KOMPAS khususnya untuk lebih arif dalam memilih kata-kata  yang dipakai sebagai singkatan dalam penulisan beritanya. Penulisan kata-kata dalam media cetak sangat berperan penting dalam penyebaran dan penggunaan kata-kata tersebut dalam kehidupan berbahasa sehari-hari. Penggunaan kata singkatan untuk kemudian dicetak dilembaran koran, tentunya harus dilakukan dengan arif tanpa mengabaikan perasaan dari kelompok-kelompok tertentu (minoritas) yang juga akan turut membacanya. Kearifan dalam pemilihan kata untuk istilah dan singkatan tentunya akan menunjukkan kualitas dari suatu media massa dan juga mencirikan kearifan kita dalam kaedah berbangsa, bernegara dan berbahasa Indonesia.

JMS

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline