Sidang MKD yang melelahkan dan menguras biaya, pikiran dan waktu berakhir dengan "Happy Ending" meminjam istilah ketua MKD. Andaikata Novanto mundur dari awal mungkin ceritanya tidak seperti ini.
Sidang-sidang MKD laksanan Drama Turgi yang pada prosesnya seperti plot sebuah drama yang suspendnya terkadang mengejutkan pemirsa. Apalagi drama terakhir diwarnai dengan disuirnya Akbar Faisal karena statusnya sebagai terlapor pelanggaran etika, sehingga tidak layak menyidangkan orang yang dituduh melanggar etika. Akbar Faisal teriak-teriak seperti anak kecil di luar ruang sidang. Aku jadi ingat waktu kecil dulu pernah ga bisa masuk rumah karena dikunci mama dari dalam. Ha..ha...ha.....
Akhir dari kisah persekokongkolan jahat ini sebenarnya belum berakhir, justru perang baru dimulai. Jangan dikira Novanto mundur itu kalah. Ia mundur selangkah untuk memenangkan perang-perang selanjutnya. Startegi pertama adalah membentuk Pansus Freeport. Jika Pansus Freeport benar-benar dibentuk akan jadi ajang pergulatan politik yang tak kalah serunya dibanding kasus "Papa Minta Saham" ini. Pansus nanti bisa memanggil siapapun yang dianggap bisa memberi keterangan kepada Pansus untuk membongkar kongkalikong di Freeport. Pansus bisa memanggil wakil presiden dan wakil presiden.
Perang sebenarnya baru akan dimulai hari ini. KMP dan KIH akan sekali lagi bergulat dan adu kematangan lobi dan strategi untuk saling menjatuhkan. Selama ini KMP cenderung diam dengan apapun yang dilakukan pemerintahan Jokowi-JK. Bahkan cenderung mendukung bukan lagi mengontrol. Mengapa? Karena Novanto sebenarnya sudah berhasil dijinakkan oleh KIH lewat lobi Luhut Binsar Panjaitan. Makanya dalam beberapa kesempatan Novanto sering mengatakan iklim pemerintahan harus kondusif agar perekonomian nasional membaik. Novanto adalah politikus kawakan. Posisi di DPP Golkar sebelumnya adalah bendahara umum. Sebuah posisi yang tidak bisa dianggap enteng. Pembawaannya yang kalem, sering dianggap lembek. Selain itu sikap Novanto juga cenderung kompromis dan pragmatis, ini dianggap sebagian anggota DPR dari KMP sebagai sikap yang tidak bagus sebagai kelompok oposisi. Coba kita lihat ke belakang, apa yang sudah dilakukan Novanto selama ini. Pemerintah terkesan berbuat seenak edule dhewe. DPR mandul tak pernah protes. Kalaupun komentar sekedarnya saja.
Lihat dari kenaikan TDL, kenaikan BBM, carut marut ekonomi, menteri saling duel opini, KMP diam seribu bahasa. Anehnya kritik lantang justru berasal dari PDIP lewar Effendi Simbolon. Ingat Effendi Simbolon pernah menantang KMP "inilah waktu yang tepat untuk menjatuhkan Jokowi" kata Effendi Simbolon waktu ada kasus Pembagian semcem BLT zaman SBY yang konon berasal dari dana CSR.
Nah, dengan kasus ini tentu Novanto tersadar bahwa apa yang ia lakukan saat ini untuk menjaga keharmonisan dengan pihak pemerintah ternyata dibalas dengan"kehinaan". Ibarat " Air Susu Dibalas Air Tuba". Novanto yang masih memiliki pengaruh di Golkar dan KMP tentu akan menyusun strategi untuk membalas penghinaan ini dengan langkah yang pasti dan terukur lewat jalur-jalur konstitusional. Kondusifitas KMP_KIH nampaknya sudah berakhir di sini. ke depan akan kita saksikan front-front vulgar yang lebih tajam. Apalagi jika Akbar Faisal benar-benar akan mengadukan Fahri Hamzah dan 3 anggota MKD dari Fraksi Golkar. Ini adalah pertarungan frontal pertama. dan pertarungan-pertarungan berikutnya akan terajdi. Siapkan mata kita ke tiga Channel TV Utama Nasional. TVOne, MetroTV, dan KompasTV. Hayo mulai......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H