Lihat ke Halaman Asli

Ketika Rembang Berkata: “Ini Bukan Medan Perangmu”

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1432050161131429443

[caption id="attachment_384457" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi #RembangBersatu"][/caption]

Iya betul ketika kita mendengar kata "Rembang" tentu banyak persepsi atau pemikiran tentang sebuah daerah kecil di Jawa Tengah yang selalu ramai diperbincangkan setiap tahunnya. Terlebih saat-saat ini. Karena Rembang menyimpan berbagai hal yang patut untuk diperbincangkan. Dari sejarah wanita pembebas, Kartini, julukan bumi ulama (tokoh agama) hingga soal kemiskinan yang menyernyitkan dahi.

Problem kemiskinan ini kemudian menjadi perbincangan hangat belakangan ini, dari soal korupsi pejabat, banyaknya masyarakat yang pendidikanya minimalis, hingga fenomena paradox saat kemiskinan menggurita justru disanalah tokoh-tokoh agama popular berdiri.

Pada sisi lain, kini ramai perbincangan seputar pendirian pabrik Semen di Rembang. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju. Kalangan yang tidak setuju menilai pembangunan pabrik akan ada banyak kerusakan alam yang terjadi di dalam nya; matai air hancur, lahan pertanian menghilang, dan lain-lain. Meski kemudian banyak kalangan yang tidak setuju berbondong-bondong berubah mendukung pendirian pabrik Semen Indonesia setelah menilik fakta Semen Indonesia ramah lingkungan.

Pada sisi yang lain, Semen Indonesia sebagai produk asli Indonesia dituntut harus mampu berdiri dan berjaya di tanah air nya sendiri, harus dapat memproduksi semen sendiri untuk pembangunan bangsanya, agar tidak kalah dengan banyaknya produk-produk semen asing yang berdiri di negeri tercinta ini, dan yang tentu pabrik semen asing dipercaya tidak akan memikirkan dampak lingkungan yang terjadi, persis seperti penjajahan bergaya lebih modern.

Jika melihat bagaimana keadaan warga Rembang di sana, tentang pro dan kontra pendirian pabrik Semen Indonesia di Rembang tersebut, menyisakan beberapa kalangan yang merasa terombang ambing oleh beberapa pemikiran yang mempermasalahkan daerahnya. Dari yang menyalahkan terlihat ada LSM, atau yang mengatas namakan peduli lingkungan bergerak dan bersuara keras untuk menolak pembangunan pabrik semen, dengan alasan kerusakan lingkungan dan lain-lain. Suara penolakan yang dinilai menggunakan dana besar pun membekas isu apabila yang kontra dengan pendirian pabrik semen asli Indonesia ini dibiayai oleh pabrik-pabrik semen asing.

Dan di lain pihak banyak orang pula yang berfikir dan memandang secara riil, fakta, bahwa dengan pendirian pabrik tersebut dapat membangun perekonomian, dapat mensejahterakan warga sekitar, membuka lapangan pekerjaan baru, dan menghapuskan angka pengangguran.

Semua hal itu sempat mebuat warga Rembang sebagian terpecah. Sehingga cukup ironi, karena warga Rembang sendirilah yang menjadi korbannya. Keharmonisan, rasa kekeluargaan mereka yang tinggi pun sempat terusik dengan banyaknya kepentingan-kepentingan. "Rembang Ku Bukanlah Medan Perang Mu," inilah slogan yang seharusnya sama-sama dipahami oleh setiap pihak mana pun.

Rembang adalah Indonesia, Rembang harus maju dan berkembang seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu kepentingan nasional untuk Rembang harus lah yang menjadi acuan utama, Rembang makmur, Rembang sejahtera, Indonesia berdaulat.

Indonesia Berdaulat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline