Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Dipimpin Presiden Plagiator?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Plagiarisme atau sering disebut plagiat, dalam Wikipedia dijelaskan, adalah penjiplakan atau pengambilan karya atau pandangan orang lain seolah karya pribadi. Pelaku plagiarisme atau pelaku plagiat disebut plagiator.

Menurut Psikolog Rr. Dwi Estiningsih, S.Psi., M.Psi., seorang plagiator (pelaku plagiarisme) termasuk orang yangg mengalami penyimpangan kepribadian. Felicia Utorodewo, dkk., dalam bukunya Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, menjelaskan diantara bentuk plagiasi adalah mengakui tulisan orang sebagai tulisan sendiri. Lanjut Felicia, pemikiran orang lain diklaim sbg pemikiran sendiri juga disebut plagiat.

Di buku karya Felicia, dkk. tersebut, juga menegaskan, termasuk plagiat apabila mengakui karya kelompok sebagai hasil diri sendiri.

Wasekjen Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI)  & Dosen UNIKU Fahrus Zaman Fadhly, M.Pd. plagiarisme terkategori extraordinary crime. Dosen UNIKU ini mengatakan, karena secara fundamental plagiarism mampu menghancurkan sendi-sendi kejujuran, obyektifitas, keadilan, otentisitas dan kebenaran.

Terangnya lagi, Wasekjen IKA UPI, karena antara plagiarisme dan korupsi terdapat kesamaan fundamental: yakni keduanya sama-sama tindakan mengambil milik orang lain secara illegal (mencuri). Papar Zaman Fadly, perbedaannya adalah pada dua aspek. Pertama, material yang diambil/dicuri. Kedua, artikulasi atau sikap pelakunya setelah mencuri barang/karya orang lain.

Mirisnya, di Indonesia sering terjadi plagiarisme (plagiat) yg dilakukan oleh pejabat Indonesia. Plagiator pejabat seperti Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) yang juga guru besar UGM Anggito Abimayu dan terbaru kasus Gubernur DKI Joko Widodo

Plagiat yang dilakukan Anggito dan Jokowi, keduanya sama-sama dimuat di Kompas dan dimuat sama-sama tanggal 10 dan kejadiannya masih di tahun 2014. Plagiat Anggito di Kompas edisi 10 Februari 2014 dan Jokowi  di Kompas edisi 10 mei 2014. Tetapi, Anggito dan Jokowi berbeda. Selain perbedaan pada bulan, juga begitu ketahuan plagiat, Anggito secara pribadi mundur dari jabatannya. Sedangkan Jokowi begitu ketahuan plagiat justru memperlihatkan ketidak peduliannya atau seakan masa bodoh.

Padahal, plagiat yang dilakukan Jokowi, juga dalam upaya mengejar kursi Presiden. Ironisnya, tulisan plagiat Jokowi di Kompas, isinya bertolak-belakang dengan perilaku plagiatnya. Tulisannya berjudul "Revolusi Mental."

Dosen Universitas HAMKA (UHAMKA) Alfian Tanjung, plagiat Jokowi berjudul "Revolusi Mental" , menurutnya sebuah pelacuran intelektual. Alfian menilai, plagiat Jokowi menunjukkan tidak adanya orisinalitas pada diri Jokowi.

Lebih miris lagi, terkait kasus plagiat Jokowi, bukan hanya artikelnya di Kompas, namun juga dengan Mobil ESEMKA yang diklaimnya. Terkait mobil ESEMKA yang diklaim produk lokal oleh Jokowi, faktanya mobil ESEMKA justru produk China.

Mobil ESEMKA yang faktanya produk Cina, pantas saja Pemerintah tidak mau menyetujui. Kalau disetujui, bagaimana Indonesia kalau ketahuan Cina? Bagaimana pula citra Indonesia di dunia internasional?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline