Lihat ke Halaman Asli

Kris Fallo

Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Tragedi Kanjuruhan, Momentum untuk Berbenah

Diperbarui: 2 Oktober 2022   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Situasi saat terjadi kerusuhan oleh suporter/Foto.Surya.co.id

Tragedi pilu mencoreng nama baik dunia sepak bola Indonesia. Betapa tidak, 129  nyawa melayang, bahkan mungkin akan lebih. Kejadian naas ini menjadi catatan sejarah pertama dalam dunia sepak bola Indonesia.

Kita semua malu dengan kejadian memilukan ini. Sejatinya sepak bola adalah hiburan. Seharusnya masyarakat Indonesia terhibur dengan cabang olahraga ini.

Harus kita akui, Indonesia belum bisa menjadikan olahraga sepak bola sebagai bagian dari mata pencaharian. Sekelas piala dunia yang melibatkan pemain dari semua negara pun belum pernah menorehkan catatan sejarah kelam seperti yang di alami di negeri ini.

Media asal Amerika Serikat, New York Times turut mengabarkan soal kerusuhan ini dan menuliskan beberapa orang tewas setelah lusinan suporter masuk ke lapangan seusai pertandingan.

"Kekerasan sepak bola telah lama menjadi masalah bagi Indonesia. Kekerasan, seringkali persaingan mematikan antara tim-tim besar adalah hal biasa," tulis New York Times.

"Beberapa tim bahkan memiliki klub penggemar dengan apa yang disebut komandan, yang memimpin pasukan pendukung untuk pertandingan di seluruh Indonesia. Suar sering dilemparkan ke lapangan dan polisi anti huru hara selalu hadir di banyak pertandingan," sambung tulisan tersebut. (Sultraantranews.com)

Siapa yang salah?

Kita bertanya siapa yang salah? Tentu kita bisa menuding segelintir orang. Yang pasti kesadaran masyarakat Indonesia dalam dunia sepak bola yang harus dibenahi.

Saya kira semua peraturan sudah ada dalam menyelenggarakan event berskala nasional. Persatuan Sepak Bola Indonesia, ( PSSI) sudah pasti memiliki aturan mainnya yang baku.

Soal stadion, soal pengamanan, soal kewajiban suporter, semua sudah ada mekanisme. Yang harus dibenahi adalah apakah aturan ini sudah diterapkan dengan baik? Sudah dijalankan? Apakaha semua patuh pada aturan yang berlaku?

Sekelas dunia hal-hal kecil justru mendapat perhatian serius. Comtoh, tidak diperbolehkan  suporter membawa botol air, kecuali bahan bakunya adalah kertas. Ini hal sederhana tetapi berimbas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline