Lihat ke Halaman Asli

Kris Fallo

Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Kita Hanyalah Debu di Alas Kaki Tuhan

Diperbarui: 3 Maret 2022   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar.dok.pri.

"Cinta datang kepada, orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan, kepada mereka yg masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati Kepada mereka yg masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti, kepada mereka yang mempunyai keberanian untuk membangun kembali kepercayaan meski sudah lama runtuh"

02 Maret miliknya 2022, umat Katholik di seluruh dunia mulai memasuki masa prapaskah. Perayaan ini diawali dengan penerimaan abu di dahi atau di kening disertai ucapan, "bertobatlah dan percayalah kepada Injil", sebagai tanda pertobatan.

Mungkin kita bertanya mengapa manusia menandai diri dengan abu dan bukan yang lain? abu itu identik dengan kotor, hina, tak berharga dan tak berdaya. Tindakan pengolesan abu menjadi tanda ketakberdayaan, hinanya manusia dihadapan Allah. Kita hanyalah debu di alas kaki Tuhan.

Dunia mengkondisikan manusia untuk sibuk, berpikir, bekerja, berjalan, berjuang hingga manusia seolah tak memiliki peluang untuk 'kembali'. Hidup seolah diarahkan pada perjuangan dan persaingan untuk bertahan di dunia bukan soal kedamaian dan ketentraman bathin.

Masa pertobatan bagi umat Katholik yang berlangsung empat puluh hari, menjadi kesempatan emas bagi manusia untuk bertobat dan berbalik kembali kepada Tuhan. "Berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya." (Yoel 2:13)

Masa prapaskah menjadi kesempatan untuk melihat ke dalam diri, siapa sesungguhnya manusia di hadapan Tuhan. Kita perlu sadar diri dan mengakui dengan jujur, betapapun gemerlapnya hidup, tetap kita hanyalah debu di alas kaki Tuhan.

Prapaskah 2022 dirayakan persis dimana dunia menghadapi ancaman perang. Konflik Rusia versus Ukraina yang hingga saat ini belum mencapai kata sepakat untuk mengakhiri perang, makin mengaburkan makna prapaskah.
Bukankah prapaskah menjadi kesempatan untuk bertobat dan bernah diri?

Prapaskah adalah kesempatan dimana hati manusia diarahkan pada cinta akan kehidupan. Hidup mestinya dicintai. Justru pada masa tobat, konflik harus didamaikan, kematian harus dihidupkan, tangisan harus dibuat tersenyum.

"Cinta datang kepada, orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan, kepada mereka yg masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati Kepada mereka yg masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan meski sudah lama runtuh"

Dan....Betapapun hebatnya, kita hanyalah debu di alas kaki Tuhan.

Kefamenanu,03.03.2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline