Lihat ke Halaman Asli

Kris Fallo

Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Hujan

Diperbarui: 22 Februari 2022   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto.dok.pribadi

Bisakah kamu menghitung berapa banyak rintik hujan yang jatuh menyapu debu jalan? Jika tidak, sebanyak itulah rinduku padamu. Aku paling benci hujan, meski hanya sebatas air, datangnya menggenggam rinduku padanya yang tak berujung.

Hujan punya alasan mengapa ia jatuh ke bumi, tapi itu tidak buatku. Justru saat ini aku sulit menemukan alasan mengapa hatiku jatuh kepadamu.

Kukira rinduku hanya sesaat, secepat hujan yang menghantam bumi, deras memang, tapi tak bertahan lama. Karena kenangan terindah hanya ada saat hujan pergi sedangkan aku dan kamu masih ada di sini.

Kepada hujan yang merayu bumi, dinginmu tak kunjung pergi, meski kau telah berlalu. Seperti rinduku yang tidak pernah hilang. Aku yang merindu dan akupun yang tersiksa.

Aku titipkan rindu ini pada langit untuk disampaikan kepada mu lewat hujan. Biarkan kita menikamati senja yang beranjak pulang. Seperti kebanyakan orang, dia cukup menikmati hujan, sedangkan aku hanya merasa basah berteman gulita.

Atambua, 22.02.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline