Lihat ke Halaman Asli

Kris Fallo

Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Martabat Perkawinan dalam Markus 10:2-12

Diperbarui: 7 Oktober 2021   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: dok. pribadi

Rene Descartes Filsuf Prancis dalam pemikiran metafisikanya mengatakan bahwa mansia adalah makhluk yang terbatas dan Tuhan adalah makhluk yang tidak terbatas. Pikiran inilah yang harus kita sadari dalam kehidupan kita. 

Kenyataannya sering kali manusia menempatkannya pada porsi yang salah. Bagaimana mungkin kita makluk terbatas bisa memahami esensi yang tidak terbatas?

Orang-orang terjebak dalam pemikiran dan pemahaman yang keliru, merasa memiliki hak mendikte Tuhan, memaksa Tuhan untuk mengikuti kemauannya, merasa tahu pikiran Tuhan, dan mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan pribadi. Munculnya sikap ego, pembenaran diri, hingga merendahkan martabat orang lain karena merasa Tuhan berada dipihaknya.

Layaklah sebuah hubungan suami isteri, sering terjadi perdebatan, percecokan karena m tidak saling mengharga, mencari pembenaran diri, mempertahankan ego. Padahal sudah ditulis dalam buku suci bahwa Tuhan menciptakan seorang penolong yang sepadan. Karena itu, kuncinya adalah mengasihi seperti diri sendiri.

Hari ini Tuhan Yesus berbicara soal perkawinan yang tak terceraikan. Kata Yesus, "Justru kerena ketegaran hatimulah makan Musa menuliskan surat cerai, sebab sejak awal mula tidaklah demikian."

Tuhan Yesus ingin menegaskan kepada kita tentang kesucian, dan keluhuran martabat perkawinan katolik.

1.Bahwasannya perkawinan Katholik itu; monogami, tak terceraikan, satu untuk selamanya, hanya maut yang dapat memisahkan. Kata Yesus "Yang dipersatukan Allah, jangan diceraikan oleh manusia"

2.Bahwasannya perkawinan Katholik itu suci karena dan disucikan oleh Allah sendiri. Perkawinan Katholik adalah perkawinan sakramental.

3.Bahwasannya konsekwensi dari sakramental inilah diharuskan untuk setiaan, setia sampai mati.

Mengapa Musa memberikan surat cerai? kita sama-sama bertanya; jika perkawinan itu tak terceraikan; mengapa Musa memberi Surat cerai? Yesus menjawab; "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa membuat surat cerai, justru karena perbuatanmu itulah maka Musa menulis surat cerai, tetapi dari awal mulanya tidaklah demikian."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline