Lihat ke Halaman Asli

Kris Fallo

Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

KLB Deli Serdang, Momen Pembelajaran bagi Partai Demokrat

Diperbarui: 10 Maret 2021   05:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar.Tempo.co./Moledoko Saat Memberikan Sambutan saat KLB di Deli Serdang

 Sampai detik ini, kita masih disugukan dengan informasi dlseputar Partai Demokrat dan Kongkres Luar Biasa, (KLB), di Deli Serdang Sumatra Utara.

Banyak orang kaget, seolah tak percaya mengapa harus ada KLB di Deli Serdang harus terjadi? Begitu banyak analisa dan spekulasi muncul, baik dari pakar hukum, pakar politik, petinggi partai politik, juga tak ketinggalan tanggapan dari pihak pemerintah.

Saling tuding, saling mempersalahkan pun tak terhindarkan. Kubu AHY menuding KLB Sumatra sebagai KLB abal-abal, illegal, bahkan AHY mengatakan KLB illegal yang telah terjadi, sebagai upaya pencaplokan, pengambilalihan secara paksa ketua umum Partai Demokrat.

Saya tidak pro siapa-siapa dan tidak mengatakan siapa benar dan siapa salah tetapi saya hanyabingin menyadarkan kita, untuk bercermin pada situasi yang terjadi dan belajar dari kisruh ini.

Kita belajar beberapa hal dari permasalahan yang menimpa Partai Demokrat.

1. Komunikasi. Komunikasi tentu sangat penting dalam mengurus sebuah partai politik, (parpol). Saya menduga, persoalan yang menimpah Partai Demokrat karena adanya diskomunikasi.

Menurut pengakuan Marzukie Ali, beliau sama sekali tidak tahu. Dia kaget sudah ditendang dari Demokrat. Dari pengakuan ini kita paham, seandainya saja, AHY dan petinggi Demokrat membuka ruang komunikasi, untuk kader Demokrat maka tentu kemelut ini, tidak akan sebesar ini.

2. Kepentingan. Marcus Tullius Cicero seorang negarawan, orator, ahli hukum, dan filsuf Romawi pernah menulis "Hostis aut amicus non est in aeternum; commoda sua sunt in aternum." lawan atau kawan itu tidak ada yang abadi; yang abadi hanyalah kepentingan."

Dalam dunia politik, kepentingan menjadi faktor utama. Kubu KLB Moeldoko, merasa mereka diabaikan, kepentingan mereka tidak diakomodir. Membaca dari diskusi yang beredar, saya menangkap bahwa kubu KLB, merasa kepentingan mereka tidak diakomodir. Misalnya dalam hal kepengurusan partai, seolah-olah dipegang oleh satu orang saja. Kader yang lain tidak diberi kepercayaan.

3. Manejemen. Dari kisruh yang terjadi di Demokrat, kita akhirnya sadar bahwa menejemen parpol penting dan sangat berpengaruh. Bila pemimpin tidak lihai, soal manejemen, maka akan menimbulkan ketidak puasan.

Urusan parpol itu urusan rumit, karena melibatkan banyak orang. Ada banyak orang yang terlibat, bila kita salah mengatur maka akan ada pemberontakan. Pilihlah orang yang tepat dan adil untuk semua kader partai. Jangan sampai ada kesan, mementingkan yang lain dan melupakan yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline