Lihat ke Halaman Asli

Kris Fallo

Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Akhirnya Saya Berkabung Mendengar Konferensi Pers SBY

Diperbarui: 6 Maret 2021   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar.okezone.com

 Setelah menyimak tanggapan SBY terkait Kongres Luar Biasa (KLB) di Sumatra, saya pun ikut berkabung. Rasa sedih yang tergambar di wajah SBY ketika menyikapi KLB yang diselenggarakan kubu oposisi, berhasil membuat saya ikut sedih.

"Hari ini kami berkabung, Partai Demokrat berkabung, sebenarnya bangsa Indonesia juga berkabung, berkabung karena akal sehat telah mati, sementara keadilan supermasi hukum dan demokrasi sedang diuji," kata SBY dalam konferensi pers, Jumat (5/3/2021) malam di Cikeas, Bogor yang dipantau Kompas.com secara daring."

Saya sedih karena banyak pukulan yang harus dihadapi SBY. Mulai dari kegagalan Putranya AHY di pilkada DKI Jakarta, sikap Partai yang tidak konsisten mendukung salah satu pasangan di pilpres 2019, kematian Ibu Ani, dan kini ditambah lagi persoalan pengambil alihan ketua partai besutan pak SBY.

Mungkin orang lain menganggapnya sebagai dinamika hidup. Ibarat roda yang berputar, ada saatnya kita di atas dan ada saatnya kita di bawah untuk memikul beban. Seharusnya orang sekelas SBY, (presiden 10 tahun) tidak harus berada pada situasi ini. Bagaimanapun juga SBY pernah berkuasa di negri ini.

Kalau boleh saya berpendapat, sebenarnya hal yang menyebabkan Partai Demokrat berkabung, seperti yang diungkapkan oleh SBY bukan soal KLB yang telah menetapkan Moeldoko sebagai ketua. Itu hanyalah puncak dari kesedihan yang selama ini diciptakan oleh partai.

Seharusnya SBY sedih dan berkabung karena:

1. Banyak kader yang terjerat korupsi, hingga menyebabkan kepercayaan masyarakat menurun, elektabilitas partai makin susut. Sebut saja, Anas Urbaningrum, Angelina Sondak, Muhhamad Nazaruddin, Andi M. Mallaranggeng, dan masih banyak kader partai lainnya, yang terjerat kasus korupsi. Kenyataan inilah yang seharusnya membuat partai berkabung dan membuat masyarakat termasuk saya merasa sedih.

Dulu ketika, melihat banyak kader Partai Demokrat terjerat korupsi, tetapi berani tampil di depan kamera tanpa rasa malu, saya cukup sedih, hingga membuat saya sempat berguman, seandainya hal ini tidak disikapi, perlahan-lahan partai ini akan lenyap dan hanya menyisahkan nama.

2. Soal sistem kepengurusan partai. Bila Partai Demokrat itu seperi yang dikatakan oleh Moeldoko dalam sambutannya, Nasionalis Demkrat dan terbuka, maka saya sedih dan berkabung ketika struktur partai ditempati oleh keluarga Cikeas. Ketua Dewan Pembina SBY, Ketua Umum, AHY dan Wakil Ketua Umum putra SBY. Bahkan pernah diakhir masa jabatannya, SBY sebagai presiden sekaligus ketua partai.

Sikap-sikap seperti ini justu membuat sebagian orang merasa terluka, sedih dan berkabung. Kita sedih bukan karena KLB tetapi sedih karena cara-cara menjalankan roda partai dan sikap kader partai yang tidak becus.

3. Hal lain yang membuat saya sedih adalah sikap SBY yang terkesan hati-hati dan ragu-ragu. Contoh paling nyata adalah saat pilpres 2019 lalu, tidak jelas kubuh mana yang didukung. Akibatnya adalah banyak kader yang kecewa, dan lebih memilih jalannya sendiri. Dukungan kader pun terbagi, ada yang mendukung Prabowo-Sandi ada kader yang mendukung Jokowi-Amin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline