Lihat ke Halaman Asli

Kris Fallo

Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Hujan Tak Pernah Salah

Diperbarui: 7 Februari 2021   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: bisnis.com

"Karena hujan tak pernah salah menjatuhkan dirinya. Ia hanya jatuh begitu saja. Tak meminta mu menampung butiran airnya yang jatuh. Begitu juga cinta-Nya terus mengalir bagi kita."

Menjalani hidup, kita diperhadapkan pada kenyataan yang mungkin menyakitkan. Tantangan dan cobaan, menyakitkan dan menjatuhkan, menyedihkan dan mengecewakan. Ibarat mendayung bahtera di tengah lautan lepas, ada badai dan gelombang pasang surut yang setiap saat  bisa menghantam perahu hidup kita.

Haruskah kita mengalah dan memutar haluan untuk kembali? Tidak. Kita harus tetap berlangkah, hingga tiba pada tujuan kita yakni 'tanah tepi' yang diidamkan.

Percayalah, kita tidak akan menyenangkan semua orang karena cara pandang kita berbeda. Tetapi yakinlah bahwa tidak semua orang kecewa dengan kehadiran kita. Yang harus ada dalam sanubari adalah Tuhan tak pernah salah menghadirkanmu.

Jalani hidupmu dan jangan bergeming selagi masih ada jalan. Tak perlu ragu bila kamu disudutkan, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Berusahalah untuk berbuat yang baik, meski kebaikanmu tak diperhitungkan. Emas akan tetap emas sekalipun ditempatkan di kandang babi.

Buatlah kebajikan selagi kamu masih diberi kesempatan, itulah hukum kehidupan. Bahkan ketika kamu tak dianggap sekalipun, tidak perlu kecewa karena cinta Tuhan tidak akan pernah berakhir untukmu. Biarlah orang menilaimu dari apa yang terlihat oleh mata, karena Tuhanlah yang melihat apa yang ada di lubuk hatimu.

Cobalah berpikir tentang hujan yang jatuh, yang menyembunyikan kebaikan di balik rintiknya. Biarlah dirimu terus mengalir seperti hujan.. karena hujan tak pernah salah menjatuhkan dirinya. Ia hanya jatuh begitu saja. Tak meminta untuk menampung butiran airnya, tetapi selalu menyegarkan mereka yang gersang.

Alirkanlah cinta-Nya seperti hujan, yang turun untuk semua tanpa membeda-bedakan. Biarkan orang menikmati menurut versinya, toh pada akhirnya kita semua akan bersatu pada satu wadah yakni samudera maha luas. Pada waktu itulah kita sadar bahwa kita hanyalah air untuk ikan-ikan dapat berenang. Sudahlah anggaplah ini diary usang tanpa makna.

Atambua, 07.02.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline