"Masa covid memang menjenuhkan tetapi menulis di masa pandemi menggairahkan hidup, juga mendatangkan keuntungan."
Sebuah pengalaman
Hari ini saya dan Yeyen Ali, penulis milenial, menjadi narasumber dalam acara, Seri Bincang Bintang dengan teman, "Menggali Proses Kreatif Penulis Muda."
Kami diminta untuk mensheringkan pengalaman atas karya yang sudah kami terbitkan yakni, novel 'Mafia Girl' yang ditulis oleh Yeyen Ali, siswi kelas III SMA Kota Kupang dan buku motivasi dan refleksi yang ditulis oleh saya sendiri.
Acara bincang bintang secara virtual, dengan aplikasi zoom ini ternyata punya dampak positif, tidak untuk diri sendiri tetapi juga sekaligus menjadi mofivasi bagi mereka yang memiliki bakat dalam menulis.
Sebagai salah satu narasumber dalam acara yang diselenggarakan oleh tim majalah Cakrawala NTT, Forum Taman Baca Masyarakat dan Komunitas Secangkir Kopi, saya membeberkan tentang pengalaman menulis, suka dan duka, tantangan dan hambatan yang saya alami.
Menulis merupakan sebuah proses, perlu latihan berulang-ulang agar bisa menghasilkan sebuah karya. Bagi saya, ada tiga hal utama dalam menulis yakni; peratama, harus ada kemauan untuk memulai, kedua, tetap konsisten, dan ketiga jangan takut dikritik.
Selain itu, seorang penulis baru bisa berkembang bila dia mendapatkan dua hal berikut, kritikan dan juga apresiasi. Seorang penulis akan termotivasi bila diapresiasi, tulisannya dibaca, dikomentari, tetapi juga dikritik.
Hal lain yang saya bagikan adalah pengalaman saya ketika menulis di media online kompasiana. Beberapa kali saya diingatkan oleh admin kompasiana karena kutipan yang melebihi ketentuan, dan tidak menyertakan sumber dari mana gambar atau foto diambil untuk dimuat dalam tulisan saya.
Saya juga mendapatkan apresiasi, banyak tulisan saya yang masuk dalam kategori tulisan pilihan, bahkan beberapa juga sudah masuk dalam kategori artikel utama. Inilah yang menjadi motivasi utama untuk terus mengembangkan sayap dalam dunia tulisan.