Bolehkah aku menikmati cahaya yang terselip di sudut matamu? Aku hanya ingin menghangatkan hati yang basah kehujanan. Dusta yang dibagikan telah membuat kenangan indah terlanjur basah. Yang tersisa saat ini hanyalah tekat yang kuat untuk berdiri di atas kaki sendiri dan percaya pada diri sendiri.
Kata-kata yang pernah diucapakan kini hanyalah pemanis di bibir. Semakin banyak kata yang dilemparkan, semakin menegaskan noktah hitam di dasar hati. Sudalah. Anggap saja kita telah pulas saat malam datang membawa purnama. Buang jauh-jauh kemesraan bila hati tak sanggup berkata jujur.
Untuk saat ini hanya ada dua pilihan. Jujur berkata apa adanya atau menikmati kisah buram yang terus saja tumpah dari bibir manismu. Biarlah pahitnya ucapan menjadi santapan setiap waktu hingga menghambarkan kemesraan yang dulu pernah kita nikmati bersama. Jujur, kita masih memiliki hati meski hati kita sudah terlanjur beku.
Atb. 28.10.20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H