Lihat ke Halaman Asli

Atiar

Penulis Lepas

Musik Sape sebagai Identitas Suku Dayak

Diperbarui: 15 Februari 2024   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permainan alat musik sape (sumber gambar: dokpri)

Indonesia merupakan Negara sejuta seni, kesenian di Indosensia begitu melimpah salah satunya adalah sape. Sape merupakan alat musik suku dayak bentuknya ini mirip dengan gitar. Cara memainkannya pun sama-sama dipetik. 

Sape yang merupakan alat musik tradisional Kalimantan  sering digunakan untuk mengiringi acara-acara ritual masyarakat suku dayak.

Pada umumnya Sape terbuat dari kayu pelaik dalam bahasa sub suku dayak Mali yang masih banyak terdapat di hutan Kalimantan. Di bagian luar atau body sape selalu menampilkan corak ukiran khas Suku dayak. 

Ukiran tersebut sangat dominan dan memenuhi permukaan alat musik yang memiliki panjang sekitar 1 meter itu.

Alat musik Sape merupakan alat musik petik dimana proses pembuatannya sesuai dengan tradisi dan kebudayaan yang memiliki nilai-nilai artistik dari suku dayak. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari bentuk Sape yang menyerupai perahu dan diukir dengan motif khas suku dayak.

Awalnya dawai yang digunakan untuk memainkan sape terbuat dari rotan atau ijuk pohon raruk (pohon aren). Seiring perkembangan jaman dawai sape telah diganti menggunakan kawat rem sepeda atau senar gitar. Bagian dasar Sape terbuat dari rotan yang menggunakan sarang kelulut (sarang lebah kecil) sebagai penempel grid sape. Sape dimainkan dengan mengikuti perasan pemainnya.

Dalam tradisi masyarakat dayak yang dekat dengan alam, alunan Sape biasanya mengikuti alam sekitarnya. Pola permainan Sape biasanya mengulang - ulang beberapa birama. 

Keindahan alunan Sape muncul karena birama pertama bisa saja muncul kembali pada birama kesepuluh dan seterusnya. Sape biasanya dimainkan di Rumah Panjang atau Rumah Betang, rumah komunal masyarakat dayak.

Awalnya, alat musik Sape diciptakan oleh seorang yang terdampar di Karangan (pulau batu kerikil di tengah sungai) karena perahunya karam diterjang riam bersama rekan - rekannya dan hanya terdapat satu orang yang selamat dari kecelakaan perahu tersebut. 

Pada saat tidur dalam keadaan sadar dan tidak sadar orang tersebut mendengar alunan suara alat musik petik yang indah dari dasar sungai dengan bayangan alat musik yang menyerupai perahu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline