1943 , aku siap tuk perang. Tapi kali ini berbeda. Ku harus terbang jauh. Dari pangkalan di jepang hingga indonesia. Itu merupakan jalan yang jauh. Tapi itu harus ku lakukan demi negara ku ini. Ku harus lewati laut yang luas dari laut cina selatan hingga laut jawa. Tapi tak apa banyak teman ku yang ikut.
"Semuanya, siap kan segala peralatan yang di butuhkan. Baju bawa yang cukup. Kita akan pergi lama. Atau bahkan kita mungkin tidak pernah balik." Ujar komandan Saito kepada kami. Pada awalnya ku sedikit takut karena ini merupakan kali pertamanya ku untuk berperang melawan indonesia yang merupakan hal baru bagiku dan juga aku harus meninggalkan orang orang yang tercinta. Namun ku harus kuat dan berperang melawan musuh dan merebut kemenangan.
Pesawat yang ku naiki untuk perang ini adalah nakajima B5N yang merupakan sebuah pesawat bomber yang sangat kuat yang dapat menghancurkan daerah musuh dengan mudah, mungkin pesawat ini bukanlah yang tercepat namun pesawat ini merupakan salah satu yang paling mematikan. Aku memiliki ikatan yang cukup erat dengan pesawat ini karena ini merupakan pesawat yang di naiki oleh ayah saya sebelum beliau meninggal di bunuh pada saat perang di cina. Pesawat ini membutuhkan 3 awak. Dan semua awak tersebut adalah teman terdekat saya, Shido dan Genos. Kami bertiga merupakan teman dekat dari kecil hingga sekarang.
Hari yang di tunggu tunggu, akhirnya datang. Kami langsung berangkat dari jepang ke indonesia. Dengan pasukan beranggotakan 50 orang yang di pimpin oleh komandan saito kami pergi dengan harapan dapat balik dengan selamat dan meraih kemenangan. Kami terbang sekitar 9 jam ke indonesia. Baru 3 jam pertama terbang kami sudah di berikan masalah yang cukup besar karena adanya badai yang cukup besar di daerah laut cina selatan. "Kita harus kembali ke pangkalan, badai mulai memburuk" ujar komandan saito kepada kami.
Tiba tiba ku mendengar dentuman keras di samping ku. Ternyata itu adalah pesawat teman ku yang tersambar petir. Ku melihat pesawat tersebut jatuh berputar putar ke lautan. "GILA, sekali sambar langsung jatuh, bagaimana ini?!" kata Shido. Shido merupakan orang yang penakut dan mudah panik namun ia sangat pintar.
"JANGAN PANIK OI CUMA GITU DOANG KOK TAKUT HAHAHAHA!!!" kata Genos mengejek shido.
Genos kebalikannya adalah orang yang sangat berani dan bisa di bilang menyebalkan karena ia selalu mengejek segala yang kami lakukan. "sudah sudah jangan berantem kita harus tenang dan lewati badai ini dulu." Entah mengapa tiba tiba tekanan di kabin naik. Kami sesak nafas. "sialll kenapa harus jadi gini." Kami dengan sigap langsung menukik ke atas agar tekanan udara turun.
Sekitar 2 jam berlalu kami mengudara akhirnya kami melewati badai tersebut. Setelah badai terlewati kami langsung ke pergi ke pulau jawa dengan kecepatan penuh. Dan akhirnya kami sampai di pangkalan di pulau jawa. Kami senang dapat selamat hingga di pulau jawa namun kami berduka karena ada setidaknya 5 pesawat yang hilang atau jatuh pada saat badai.
Yaa mo diapain lagi kalo memang sudah jatuh. Selama di indonesia ku berjalan jalan sedikit di daerah bandung selatan dekat pangkalan udara sulaiman. Pemandangan cukup sedih karena dalam beberapa hari aku harus membombardir negara yang indah ini. Tapi ya mau di gimanain lagi tugas ya tugas.
Hari penantian akhirnya datang. 1943, 7 november. Kami bertiga bersiap siap untuk berangkat ke tempat yang sudah di berikan. Yaitu di semarang. Kami mempersiapkan pesawat kami dengan bomb yang berukuran cukup besar. Setelah beberapa perbaikan bekas badai lalu. Kami akhirnya siap untuk mengisi bahan bakar dan akhirnya lepas landas dari pangkalan udara di bandung.
Pada awalnya ku sangat percaya diri dan dapat menjalani misi ini dengan mudah. Target pertama pun terlihat. Kami turun ke ketinggian yang cukup dan melepaskan bom pertama. Pada saat melepaskannya ku melihat ke bawah. Ku melihat anak anak kecil sedang bermain bola dengan senangnya tanpa di ketahuinya bahwa sebuah bomb sedang jatuh di atas mereka. Ku melihat tubuh mereka hancur berkeping keping dari atas pesawat.