Lihat ke Halaman Asli

Fadila

an ordinary human

Terimakasih, Ibu

Diperbarui: 14 November 2021   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu, langit mendung saat aku duduk di balkon rumah sakit setelah melakukan pemeriksaan labolatorium, aku melihat banyak orang berlalu lalang, entah itu anak muda ataupun para orang tua. Aku melamun memikirkan kemungkinan terburuk hasil labolatoriumku, tak lama kemudian kurasakan seseorang memelukku dari arah samping yang ternyata adalah ibu, saat itu ibu menangis sambil membawa surat hasil labolatoriumku. awalnya aku bingung, mengapa ibu menangis? lantas kutanyakan kepada ibuku.

"ibu kenapa nangis? Aku sakit apa? Aku kan Cuma pusing sama sesak dikit, apa separah itu penyakitku?" tanyaku kebingungan. Ibuku semakin menangis hingga suaranya sulit diredam hanya dengan tangan, ibu kemudian menghapus air matanya dan berkata "fadila anak kuat kan? Kita hadapi bareng-bareng ya nak? Ibu bakal libur bekerja, ibu bakal rawat kamu, ibu bakal menemani kamu sampai kamu benar-benar sembuh."Secara tak sadar aku ikut menangis mendengar perkataan ibu, kutanyakan sekali lagi kepada ibu hasil labolatoriumku, dan ibu menjawab "kamu sakit gagal ginjal, maafin ibu nak nggak bisa menjaga kamu dengan baik" tangisan ibu semakin menjadi "kenapa harus kamu? Kenapa bukan ibu saja, kamu terlalu muda untuk menanggung sakit itu."

Setelah mendengar ucapan ibu, rasanya duniaku hancur, selama ini aku tidak pernah sakit, sakit pun hanya demam, flu, dan batuk seperti anak seumuranku pada umumnya. Kemudian apa ini tuhan?  

"aku masih bisa sembuh kan bu? Apa aku masih bisa hidup?" aku menangis membayangkan masa depanku yang sudah kuimpikan harus hancur karna mungkin saja aku tidak akan hidup lama. Ibu memelukku sambil berkata "ini cobaan dari allah nak, insyaallah ibu bakal lakukan apapun untuk kesembuhan kamu" akhirnya hari itu kami habiskan dengan berpelukan, saling berbagi kesedihan atas sakit yang ku derita.

Memang aku lah yang sakit, namun aku percaya ibuku lebih merasakan sakitnya, sakitnya kecewa dengan diri sendiri karna tidak bisa menjagaku, dan sakitnya di kecewakan oleh semesta. Terimakasih ibu, sampai detik ini aku menuliskan kisah untukmu, aku masih hidup dengan sehat tidak seperti bayanganku saat itu. Terimakasih telah berjuang bersama untuk kesehatanku, terimakasih telah menemani masa-masa rapuhku, terimakasih, ibu.

Nama : Fadila

Nim : 2240021007

Prodi : D4 Analis Kesehatan

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Tugas UTS Bahasa Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline