Lihat ke Halaman Asli

Batu akik, Jangan Terlalu Fanatik!

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hampir setengah tahun ini masyarakat indonesia sedang “ngakik”. Ya, terkena demam batu akik. Pelakunya hampir dari setiap usia, mulai dari para pemuda, dewasa, hingga tetua. Tak tanggung demam batu akik ini juga menyerang dari berbagai profesi. Ada dari kalangan Pelajar, mahasiswa, guru, menteri hingga bapak SBY mantan presiden RI.

Ada sebuah berita mengatakan yang memulai demam akik inipun bapak SBY sendiri. Ini diketahui saat beliau membawakan sebuah batu akik berjenis bacan untuk presiden amerika, Barrack Obama. Sejak peristiwa itu mulailah masyarakat indonesia “ngakik”. Katanya, presiden obamapun terkesan dengan batu akik yg diberikan oleh bapak SBY itu, maka, tak heran bila masyarakat mengikuti langkah yang dilakukan mantan presidennya.

Demam batu akik membuat setiap pasar semakin ramai, dan mengisi lahan trotoar menjadi rimbungan pengunjung. Tak tanggung mereka mencarinya hingga pedalman hutan. Membuat sebagian pengangguran mendapatkan lahan pekerjaan.

Sebenarnya, apa yang istimewa dari batu akik itu ya? Ada yang menyebut untuk keindahan, berkaitan dengan keyakinan, ada pula yang menjadikan sebagai hobi dan koleksi.

Memperhatikan demam batu akik ini saya sering menemukan kefanatikan yang luar biasa. Kemarin, berkunjung disalah satu pasar, saya melihat wanita separuh baya sedang termenung dan terabaikan oleh sang suami. Dia seperti dimadu oleh batu akik yang sedang dibentuk dan amat diperhatikan suaminya. Samapi sampai si suami ini tak menoleh sedikitpun saat memintanya memesankan segelas es jeruk untuknya. MIRIS!

Kefanatikannya juga terjadi disekolah. Seorang siswa sedang mengerjakan soal ujian akhir masih sempat saja mengakik ria. Tangan kanan memegang pensil, mata membaca soal, dan tangan kirinya menjepit sebuah batu sambil digosok-gosokan pada kain celana seragamanya. Subhanallah!

Para gurupun tak tertinggal, dalam rapatnya obrolan mereka berubah bukan soal siswa. Tawar hingga pamer keindahan batu akik menjadi kesibukan baru. Pulang rapat tak kesekolah, malah bertualang kepasar sebelah. Apa jadinya bila begini?

Sudahlah, jangan terlalu fanatik dengan batu akik! Cukuplah tiga atau dua saja melingkar dijari kita. Tetaplah bekerja sesuai porsi. Fanatisme akan berujung pada hal negatif, apalagi batu akik ini hanyalah musiman. Lebaran nantipun tetap saja kembali menjadi musim ketupat dan kembang api.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline