Beberapa hari yang lalu, Safir Senduk, seorang perencana keuangan senior digerudug Ibu-ibu karena menyebutkan bahwa THR yang dititipkan ke orang tua adalah awal investasi bodong. Banyak yang kontra dengan komentar yang dimaksudkan dengan bercanda tersebut bahkan sampai menghitung pengeluaran yang diberikan sejak anak lahir hingga bisa nerima THR.
Sewaktu saya masih anak-anak, saya sering mendapatkan uang dari keluarga yang datang berkunjung di hari natal atau tahun baru. Biasanya uang tersebut dikumpulkan ke Mama. Dulu saya ingat sekali kalau kami bertanya atau meminta lagi uang tersebut maka jawaban yang diterima pasti bisa membuat netizen se-Indonesia geger. Tradisi memberikan uang kalau ada tamu berkunjung atau hari besar sepertinya awet hingga saya punya anak. Sama seperti saya dulu, anak saya kerap mendapatkan uang dari kerabat atau teman-teman ayahnya. Sewaktu Ia lahir, selain mendapatkan kado, beberapa rekan juga memberikan amplop yang nominalnya cukup besar.
Berkaca dari pengalaman masa kecil, saya ingin uang pemberian keluarga untuk anak saya lebih bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh anak. Godaan menggunakan uang tersebut tentu saja ada terutama ditengah-tengah kenaikan harga akhir-akhir ini tetapi, saya sudah bertekad uang tersebut wujudnya harus dinikmati oleh anak itu sendiri.
Seperti judul yang saya pilih, uang pemberian tersebut saya investasikan dalam dua cara : Dibelikan reksadana dan buku. Mengapa saya memilih cara tersebut? Tujuan saya menyimpan dalam bentuk reksadana adalah untuk mengembangkan uang tersebut sehingga pada saat anak saya mengerti nilai uang, dia bisa memutuskan sendiri akan digunakan sebagai apa uang tersebut. Saya memilih reksadana karena merupakan instrumen investasi yang saya mengerti dan cukup fleksibel pembelian dan penjualannya. Harapannya, uang yang dibelikan reksadana tersebut akan berkembang sehingga nilainya tidak tergerus oleh inflasi.
Investasi kedua : Buku. Beberapa penasehat keuangan sering memberi saran dibandingkan berpikir mencari instrumen keuangan yang memberikan keuntungan cepat dan besar dalam waktu singkat, ada baiknya untuk berinvestasi dari leher ke atas terlebih dahulu. Saya percaya buku adalah salah satu sumber ilmu yang terbaik. Banyak kata, aktivitas, ekspresi dan kegiatan yang belum terpikirkan oleh saya, malah diperoleh anak melalui buku. Beberapa aktivitas motoriknya juga membaik karena buku yang berbentuk busy book dan interaktif book. Jika mengandalkan pendapatan bulanan kami, tentu hanya sedikit buku yang mampu kami beli.
Buku-buku yang biasa saya beli adalah terbitan Bhuana Ilmu Populer (BIP Gramedia) dan Rabbit Hole. Buku-buku yang diterbitkan kedua penerbit tersebut memiliki bahan yang bagus dan aktivitas interaktif yang membuat anak tertarik membuka buku dan mendengar buku tersebut dibacakan.
Jika kompasianer juga ingin membeli mainan yang bersifat edukatif, tanpa berniat promosi, saya menyukai wooden toys dari Lettering Life dan Asa Wooden yang menawarkan banyak permainan dari bahan kayu. Mainan kayu dari produsen tersebut sangat menarik, warnanya bagus, bahannya halus, dan multifungsi. Semua itu membuat saya merasa tidak menyesal atau merasa bersalah telah membeli buku dan mainan dengan menggunakan uang anak. Saya merasa buku dan mainan yang saya berikan adalah investasi yang tak ternilai yang akan bermanfaat untuk masa depannya. Saya penasaran. Kira-kira, uang THR anak kompasianer lain digunakan untuk apa ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H